Framing dalam Media Sosial: Strategi Efektif untuk Membangun Persepsi dan Mempengaruhi Audiens

16 December 2024 Oleh mzakyrakhmat Dilihat 56 kali


Framing dalam Media Sosial: Strategi Efektif untuk Membangun Persepsi dan Mempengaruhi Audiens

Dalam era digital, media sosial menjadi salah satu sarana komunikasi yang paling berpengaruh di dunia. Dengan miliaran pengguna aktif setiap harinya, media sosial menjadi wadah penyebaran informasi yang sangat dinamis. Salah satu elemen penting dalam strategi komunikasi di media sosial adalah framing. Framing merupakan teknik menyusun dan menyajikan informasi dengan cara yang sengaja dirancang untuk memengaruhi cara audiens memahami, menilai, dan merespons suatu isu atau pesan. Proses ini melibatkan pemilihan kata-kata, gambar, simbol, konteks, dan nada tertentu untuk membentuk persepsi tertentu di benak audiens.

Apa Itu Framing dan Mengapa Penting di Media Sosial?

Framing adalah proses penyusunan informasi dengan menekankan aspek-aspek tertentu dari suatu isu dan mengesampingkan aspek lainnya. Melalui framing, pengirim pesan dapat membentuk realitas sosial yang diinginkan. Dalam media sosial, framing menjadi lebih efektif karena platform ini mendukung berbagai jenis konten, seperti teks, gambar, video, dan simbol. Dengan memanfaatkan elemen-elemen tersebut, pesan dapat disampaikan secara lebih emosional, visual, dan mudah dipahami.

Framing membantu menyusun informasi agar lebih menarik, bermakna, dan relevan dengan audiens. Dengan framing yang tepat, pesan dapat memiliki dampak yang lebih besar, baik untuk memengaruhi opini publik, membangun kesadaran akan suatu isu, atau menggerakkan audiens untuk bertindak. Misalnya, dalam kampanye sosial, framing yang emosional dapat memicu empati dan partisipasi aktif dari pengguna media sosial.

Fungsi Framing dalam Media Sosial

  1. Membentuk Persepsi dan Realitas Sosial, media sosial tidak hanya menyebarkan fakta, tetapi juga membentuk realitas melalui framing. Misalnya, suatu isu kesehatan dapat dibingkai sebagai krisis nasional untuk memicu perhatian yang lebih luas. Dengan menonjolkan aspek tertentu, audiens akan memahami isu tersebut sesuai dengan konteks yang diberikan.
  2. Mengorganisasi dan Menstrukturkan Informasi, konten di media sosial perlu disusun dengan jelas agar mudah dipahami. Framing membantu menyusun informasi menjadi narasi yang lebih terstruktur. Elemen visual dan teks dipilih dengan hati-hati untuk menyampaikan pesan secara efektif dan relevan.
  3. Memengaruhi Penafsiran Audiens, dengan memberikan konteks tertentu, framing dapat mengarahkan cara audiens menafsirkan isu. Misalnya, peristiwa politik dapat dibingkai sebagai persaingan kekuasaan atau perjuangan untuk kepentingan publik, tergantung pada pesan yang ingin disampaikan.
  4. Menguatkan Pemahaman Budaya dan Ideologi, framing sering kali mencerminkan nilai-nilai budaya dan ideologi yang berlaku di masyarakat. Konten yang diunggah di media sosial bisa memperkuat atau menantang norma-norma tersebut, tergantung pada bagaimana informasi tersebut disajikan.
  5. Menciptakan Koneksi Emosional, dengan framing yang tepat, media sosial dapat membangun hubungan emosional dengan audiens. Penggunaan cerita personal, gambar menyentuh, atau narasi emosional dapat meningkatkan empati dan keterlibatan audiens terhadap isu tertentu.
  6. Membantu Membentuk Agenda Publik, framing juga digunakan untuk menetapkan prioritas isu dalam wacana publik. Isu yang sering dibahas di media sosial cenderung dianggap lebih penting. Misalnya, kampanye lingkungan hidup dengan hashtag tertentu dapat meningkatkan kesadaran publik tentang keberlanjutan.
  7. Penyampaian Pesan yang Terstruktur dan Terfokus, konten di media sosial sering disusun agar langsung ke inti pesan. Visual yang menarik, teks yang singkat namun kuat, dan narasi yang jelas membantu audiens memahami pesan dengan cepat. Framing memastikan konten tetap fokus pada aspek penting yang ingin disampaikan.
  8. Pengaruh Emosi dan Keterlibatan Audiens, emosi memegang peranan penting dalam keterlibatan di media sosial. Dengan framing yang emosional, isu dapat dibingkai untuk memicu reaksi tertentu, seperti kepedulian, kemarahan, atau kebanggaan. Misalnya, postingan tentang donasi sering menggunakan gambar menyentuh untuk meningkatkan empati.
  9. Penciptaan Narasi Dominan, framing digunakan untuk membentuk narasi dominan di media sosial. Dengan strategi seperti kampanye hashtag, konten viral, atau gerakan sosial, isu tertentu bisa mendominasi percakapan publik. Narasi ini kemudian membentuk cara pandang kolektif terhadap isu tersebut.
  10. Penggunaan Simbol dan Visual, visual memainkan peran besar dalam framing di media sosial. Simbol, infografik, atau gambar yang kuat dapat menyampaikan pesan yang mendalam. Sebagai contoh, simbol seperti pita hitam sering digunakan untuk menandakan solidaritas atau dukacita.
  11. Pengaruh pada Algoritma dan Jangkauan, konten yang dibingkai secara emosional cenderung lebih banyak dibagikan dan disukai, yang berdampak pada algoritma media sosial. Algoritma ini kemudian mempromosikan konten tersebut ke lebih banyak orang, meningkatkan jangkauan dan interaksi.
  12. Membentuk Opini Publik, media sosial menjadi alat yang ampuh untuk membentuk opini publik melalui framing. Dengan memilih narasi yang tepat, pengirim pesan dapat mengarahkan diskusi, membangun kesadaran, dan memperkuat nilai-nilai tertentu di kalangan audiens.

Cara Framing Digunakan di Media Sosial

  1. Penyampaian Pesan yang Terstruktur dan Terfokus, konten di media sosial sering disusun agar langsung ke inti pesan. Visual yang menarik, teks yang singkat namun kuat, dan narasi yang jelas membantu audiens memahami pesan dengan cepat. Framing memastikan konten tetap fokus pada aspek penting yang ingin disampaikan.
  2. Pengaruh Emosi dan Keterlibatan Audiens, emosi memegang peranan penting dalam keterlibatan di media sosial. Dengan framing yang emosional, isu dapat dibingkai untuk memicu reaksi tertentu, seperti kepedulian, kemarahan, atau kebanggaan. Misalnya, postingan tentang donasi sering menggunakan gambar menyentuh untuk meningkatkan empati.
  3. Penciptaan Narasi Dominan, framing digunakan untuk membentuk narasi dominan di media sosial. Dengan strategi seperti kampanye hashtag, konten viral, atau gerakan sosial, isu tertentu bisa mendominasi percakapan publik. Narasi ini kemudian membentuk cara pandang kolektif terhadap isu tersebut.
  4. Penggunaan Simbol dan Visual, visual memainkan peran besar dalam framing di media sosial. Simbol, infografik, atau gambar yang kuat dapat menyampaikan pesan yang mendalam. Sebagai contoh, simbol seperti pita hitam sering digunakan untuk menandakan solidaritas atau dukacita.
  5. Pengaruh pada Algoritma dan Jangkauan, konten yang dibingkai secara emosional cenderung lebih banyak dibagikan dan disukai, yang berdampak pada algoritma media sosial. Algoritma ini kemudian mempromosikan konten tersebut ke lebih banyak orang, meningkatkan jangkauan dan interaksi.
  6. Membentuk Opini Publik, media sosial menjadi alat yang ampuh untuk membentuk opini publik melalui framing. Dengan memilih narasi yang tepat, pengirim pesan dapat mengarahkan diskusi, membangun kesadaran, dan memperkuat nilai-nilai tertentu di kalangan audiens.

Kesimpulan

Framing adalah alat komunikasi yang efektif untuk memengaruhi persepsi dan pemahaman audiens di media sosial. Melalui pemilihan elemen visual, narasi emosional, simbol, dan konteks tertentu, framing membantu menyusun pesan yang lebih menarik dan bermakna. Strategi ini tidak hanya memperkuat realitas sosial, tetapi juga menciptakan koneksi emosional, membangun opini publik, dan menetapkan agenda dalam wacana publik. Memahami dan menerapkan framing secara efektif sangat penting bagi siapa saja yang ingin memaksimalkan dampak komunikasi di era digital.

Referensi

Carter, M. J. (2013). The Hermeneutics of frames and framing: An examination of the media’s construction of reality. SAGE Open, 3(2), 1–12. https://doi.org/10.1177/2158244013487915

Lundahl, O. (2021). Media framing of social media addiction in the UK and the US. International Journal of Consumer Studies, 45(5), 1103–1116. https://doi.org/10.1111/ijcs.12636

Saptamaji, M. R. (2024, November 1). Framing di Media Sosial Media Sosial sebagai Instrumen Strategi Komunikasi.

Informasi Lainnya