Turnitin Deteksi Tulisan AI: Menjaga Integritas Akademik di Era Teknologi Generatif

23 April 2025 Oleh mzakyrakhmat Dilihat 104 kali

 

 

Sumber gambar Canva.com

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa dampak signifikan di berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan. Alat bantu penulisan berbasis AI seperti ChatGPT, Jasper, atau Quillbot kini semakin lazim digunakan oleh pelajar dan mahasiswa untuk menyusun tugas atau karya ilmiah. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terhadap integritas akademik, mendorong institusi pendidikan dan penyedia layanan anti-plagiarisme untuk beradaptasi.

Salah satu yang paling responsif terhadap tantangan ini adalah Turnitin. Platform yang telah lama dikenal sebagai penjaga orisinalitas karya ilmiah tersebut kini memperluas fungsinya dengan memperkenalkan fitur deteksi tulisan berbasis AI. Fitur ini dikembangkan untuk mendeteksi teks yang ditulis oleh model bahasa besar (Large Language Models/LLM), seperti yang digunakan oleh ChatGPT. Upaya ini menandai babak baru dalam menjaga kejujuran akademik di tengah derasnya arus teknologi.

Deteksi AI Terintegrasi: Fitur Baru dalam Laporan Similarity

Turnitin tidak hanya sekadar menambahkan fitur pendeteksi teks AI secara terpisah, melainkan mengintegrasikannya secara langsung dalam Laporan Similarity. Artinya, pendidik atau dosen yang melakukan pengecekan orisinalitas karya tulis mahasiswa dapat sekaligus melihat seberapa besar kemungkinan bagian tertentu ditulis oleh AI.

Fitur ini memungkinkan visualisasi presentase teks yang dideteksi sebagai tulisan buatan mesin, memberikan pendidik landasan awal untuk mengambil tindakan lanjutan, seperti wawancara akademik atau permintaan revisi. Dengan demikian, Turnitin tidak menempatkan teknologi sebagai alat penghukum, melainkan sebagai bagian dari sistem refleksi dan klarifikasi.

Syarat dan Batasan Penggunaan

Meskipun fitur ini tampak menjanjikan, ada beberapa ketentuan teknis yang perlu diperhatikan agar laporan deteksi AI dapat muncul. Berdasarkan informasi resmi dari Turnitin, dokumen yang diperiksa harus memenuhi kriteria berikut:

  • Jumlah kata minimal 300 dan maksimal 30.000.
  • Bahasa yang didukung antara lain: Inggris, Spanyol, dan Jepang.
  • Format file yang diterima meliputi: .docx, .pdf, .txt, dan .rtf.

Artinya, tidak semua jenis tugas dapat langsung dideteksi keaslian penulisannya oleh AI. Tugas singkat, tugas dalam bahasa selain yang didukung, atau tugas dalam format presentasi seperti .pptx, masih berada di luar cakupan fitur ini.

Turnitin bukan penentu plagiarisme

Turnitin berfungsi terutama sebagai alat pencocokan teks yang menghasilkan indeks kesamaan dengan membandingkan dokumen yang dikirimkan terhadap berbagai basis data yang luas, namun tidak secara langsung mendeteksi plagiarisme.

Karena perlu dipahami bahwa Indeks kesamaan yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya plagiarisme, karena bisa saja mencakup kutipan yang benar, frasa umum, atau istilah teknis; sebaliknya, indeks kesamaan yang rendah juga tidak menjamin tidak adanya plagiarisme. Karena itu pengecekan dengan secara humanis juga perlu dilakukan untuk menilai suatu tulisan melakukan tindak plagiarisme atau tidak.

AI dan Etika Akademik: Dilema di Era Modern

Pertanyaan terbesar yang muncul bukan lagi "apakah mahasiswa menggunakan AI?", melainkan "bagaimana seharusnya AI digunakan dalam konteks akademik?" Karena pada kenyataannya, sama seperti kalkulator dalam matematika atau Grammarly dalam penyuntingan teks, AI bisa menjadi alat bantu yang sah jika digunakan dengan tepat.

Namun, tantangan utama saat ini adalah bahwa AI seperti ChatGPT mampu menghasilkan teks panjang yang koheren dengan sedikit atau bahkan tanpa intervensi manusia. Hal ini membuat batas antara menulis sendiri dan "meminta AI menulis untuk kita" menjadi kabur.

Turnitin boleh jadi berada di garis depan dalam menyediakan teknologi pendeteksi tulisan AI, namun keberhasilan menjaga integritas akademik tetap terletak pada tangan pendidik dan mahasiswa. Deteksi hanyalah langkah awal. Edukasi, refleksi, dan kebijakan yang adil menjadi penentu akhir apakah penggunaan AI akan memperkaya dunia akademik atau justru merusaknya.

Dengan menggabungkan teknologi deteksi canggih dan pendekatan edukatif, Turnitin berusaha menjaga keaslian intelektual dalam dunia pendidikan. Namun, tantangan sebenarnya terletak pada bagaimana kita—sebagai pendidik, pembuat kebijakan, dan mahasiswa—meresponsnya secara bijak.

Referensi

Liu, J. Q. J., Hui, K. T. K., Al Zoubi, F., Zhou, Z. Z. X., Samartzis, D., Yu, C. C. H., Chang, J. R., & Wong, A. Y. L. (2024). The great detectives: Humans versus AI detectors in catching large language model-generated medical writing. International Journal for Educational Integrity, 20(1), 8. https://doi.org/10.1007/s40979-024-00155-6

Meo, S., & Talha, M. (2019). Turnitin: Is it a text matching or plagiarism detection tool? Saudi Journal of Anaesthesia, 13(5), 48. https://doi.org/10.4103/sja.SJA_772_18

Turnitin AI. (t.t.). Diambil 23 April 2025, dari https://www.turnitin.id/products/fitur/ai/ https://www.turnitin.id/products/fitur/ai/

Informasi Lainnya