Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2016 melakukan riset
terhadap siswa SMA mengenai intoleransi dengan hasil yang menunjukan bahwa 8,2%
pelajar yang menjadi responden menolak ketua OSIS dari agama berbeda, 23% responden
merasa lebih nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu agama. Hal ini menujukan bahwa
kasus intolernasi di kalangan pelajar di Indonesia masih cukup besar hingga mendorong
Ruangguru bekerjasama dengan Peace Generation, Sabang Merauke dan Persada Capital
Invesatama untuk membuat kampanye Beda Itu Keren. Kampanye tersebut bertujuan
untuk menyebarkan nilai-nilai keberagaman dan perdamaian melalui media audio visual
berbentuk visual journey yang dapat diakses pada aplikasi Ruangguru, Namun pada
pelaksanannya, konten Beda Itu Keren memiliki jumlah penonton yang masih sedikit
dibandingkan dengan konten lainnya. Hal ini yang menjadi latar belakang hingga
Ruangguru membuat Challenge Beda Itu Keren Ruangguru. Penelitian ini membahas
mengenai strategi dalam menciptakan electronic word of mouth challenge Beda Itu Keren
Ruangguru. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan strategi dalam menciptakan electronic word of mouth Challenge Beda
Itu Keren Ruangguru. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada tahap
perencanaan, Ruangguru menentukukan media sosial Instagram sebagai pelaksanaan
challenge. Selain itu, Ruanggguru mengembangkan beberapa rencana yaitu menentukan
ketentuan challenge Beda Itu Keren, merancang konten challenge sebagai bahan untuk
diperbincangkan, memanfaatkan fitur Instagram yaitu Instastory dan feed untuk
mendorong terjadinya komunikasi, melakukan promosi pada own channel Ruangguru
serta pada media sosial milik mitra, dan menggunakan foto brand ambassador. Pada tahap
pelaksanaan, Ruangguru berfokus pada platform Instagram dengan fitur feed dan
instastory untuk melakukan update konten sebanyak satu kali dalam seminggu. Pada tahap
evaluasi, didapatkan bahwa program yang telah dijalankan oleh Ruangguru berhasil
menciptakan electronic word of mouth dengan jumlah submission sebanyak 360 peserta.