Fenomena laki-laki bersolek di media sosial menjadi isu yang menuai beragam respon, terutama di kalangan mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk penerimaan pesan terhadap laki-laki bersolek yang ditampilkan melalui akun TikTok oleh mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall untuk mengidentifikasi tiga posisi penerimaan pesan, yaitu dominant reading, negotiated reading, dan oppositional reading. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap sepuluh informan dari latar belakang universitas yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas informan berada pada posisi dominant reading, di mana mereka masih mempertahankan pandangan bahwa laki-laki yang bersolek merupakan bentuk penyimpangan dari norma agama, nilai budaya, dan ajaran keluarga yang telah mereka anut sejak kecil. Sementara itu, beberapa informan menempati posisi negotiated reading dengan menunjukkan penerimaan yang bersyarat, dan sebagian kecil lainnya berada pada posisi oppositional reading yang menerima secara penuh ekspresi laki-laki bersolek sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Temuan ini menunjukkan bahwa media sosial sebagai bagian dari new media telah membuka ruang representasi gender yang beragam, namun konstruksi nilai tradisional yang sudah tertanam sejak lama masih memiliki pengaruh besar dalam proses decoding pesan oleh khalayak.