Tidak semua orang tumbuh dalam keluarga harmonis, terutama dengan adanya fenomena fatherless yang dapat terjadi pada keluarga dari berbagai latar belakang. Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bandung, tercatat sebagai wilayah dengan tingkat perceraian tertinggi di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik 2024, yang juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya kasus fatherless. Namun, fatherless tidak hanya disebabkan oleh perceraian atau kematian, tetapi karena ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan. Fenomena ini masih salah dipahami oleh masyarakat, sehingga perlu disuarakan melalui media yang menarik. Penulis melakukan penelitian dengan metode mix-method melalui studi pustaka, observasi, wawancara, survei, dan studi dokumen. Hasilnya menunjukkan bahwa fatherless perlu diangkat, bahkan dari hal kecil, melalui media seperti animasi dua dimensi yang dilengkapi dengan background agar lebih relevan dengan masyarakat.