Industri fashion premium di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan, mendorong brand lokal seperti SALASA untuk mengembangkan strategi bisnis yang tidak hanya kreatif dan eksklusif, tetapi juga terukur secara finansial. Perbedaan performa antara batch pertama dan kedua menunjukkan belum optimalnya perencanaan produksi dan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan strategi bisnis SALASA melalui pendekatan proyeksi keuangan berbasis data internal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan batch awal SALASA, menyusun proyeksi laporan keuangan jangka menengah, dan mengevaluasi kelayakan strategi dengan indikator Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Rate of Return (ROR). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi strategis bagi manajemen SALASA dalam menetapkan arah pertumbuhan bisnis yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Tinjauan pustaka mencakup teori analisis keuangan, proyeksi keuangan, dan evaluasi kelayakan strategi, serta keterkaitannya dengan perencanaan strategis bisnis. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar dalam menyusun kerangka analisis untuk menilai efektivitas dan kelayakan strategi produksi batch eksklusif yang dijalankan SALASA.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Data diperoleh melalui dokumentasi internal seperti laporan penjualan, struktur biaya, dan laporan arus kas, yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Proyeksi keuangan disusun dalam bentuk laporan laba rugi, neraca, dan arus kas untuk periode 2025–2027, lalu dievaluasi menggunakan empat indikator kelayakan strategi keuangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi bisnis SALASA dinilai layak secara finansial. Nilai NPV yang positif, IRR yang melebihi tingkat diskonto, serta Payback Period yang cepat menunjukkan bahwa pendekatan produksi batch eksklusif berpotensi menghasilkan pertumbuhan keuangan yang sehat. Proyeksi ini dapat menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan strategis jangka menengah dan memperkuat fondasi keberlanjutan bisnis.