Indonesia, sebagai negara demokratis, telah mengalami penurunan partisipasi politik dari warganya dalam beberapa tahun terakhir pada konteks demokrasi. Stand-up comedy, sebagai medium kritik sosial, memiliki potensi signifikan untuk mengangkat isu yang ada dengan cara yang ringan namun bermakna. Penelitian ini menganalisis bagaimana Pandji Pragiwaksono mengoperasikan kuasa pengetahuan melalui penampilan stand-up comedy-nya yang berjudul "Mulut Pandji Mata Najwa." Menggunakan teori semiotika sosial Theo Van Leeuwen, penelitian ini mengidentifikasi empat dimensi kunci: discourse, genre, style, dan modality. Analisis ini berfokus pada bagaimana Pandji menggunakan wacana untuk menyampaikan kritik sosial, genre stand-up comedy untuk menyampaikan pesan kompleks dengan cara yang menghibur, serta gaya komunikasi verbal dan non-verbal. Selain itu, modalitas yang diterapkan oleh Pandji memperkuat penyampaian pesan. Pendekatan ini membantu memahami bagaimana kekuasaan dan pengetahuan dikomunikasikan dioperasikan budaya populer di Indonesia.