Kajian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan utama yaitu tidak terdapatnya KPI 7+2 digital product dalam pengukuran kinerja dan performansi keberhasilan secara terintegrasi dan relevan dimana saat ini unit BPPLP menggunakan KPI hanya ada dua yaitu revenue dan target sales, akan tetapi tidak mencakup aspek lain seperti pengukuran pada performansi process business fulfilment dan business process assurance serta kompetensi karyawan dalam perubahan transformasi agile and growth mindset. Hal ini menyebabkan permasalahan utama yaitu ketidakefektifan pengukuran performansi berdampak negatif pada performansi belum mencapai target yang telah ditetapkan dan pengalaman customer perlu dikembangkan dengan baik dikarenakan nilai SLA dan SLG memakan waktu lama sehingga berpengaruh pada kepuasan pelanggan serta tidak mampu mengukur sejauh mana kompetensi karyawan dan leader dalam perubahan transformasi menuju agile and growth mindset. Dalam mengatasi permasalahan di atas, diperlukan perancangan sistem penilaian kinerja atau performance measurement system yang komprehensif dan terintegrasi dengan berbagai aspek meliputi aspek pada finansial, pelanggan, proses bisnis, dan sumber daya manusia. Untuk mengatasi permasalahan yaitu perancangan sistem penilaian kinerja “7+2 Digital Product” pada Unit BPPLP PT Telkom Indonesia Regional III dengan menggunakan metode balanced scorecard. Penggunaan metode BSC mampu untuk mengintegrasikan keempat aspek yang dibutuhkan dan penurunan berdasarkan strategi perusahaan. Berdasarkan penelitian tugas akhir, hasil perancangan sistem penilaian kinerja telah terintegrasi dengan keempat perspektif balanced scorecard dengan mempunyai 7 strategi, 9 tujuan strategi, dan 12 key performance indicator dengan baseline dan target disusun berdasarkan unit BPPLP serta periode waktu pengukuran sistem penilaian yaitu dilakukan setiap kuartal. Bobot tingkat kepentingan terbesar untuk masing – masing aspek yaitu perspektif mempunyai bobot terbesar pada financial perspective sebesar 56.60%, strategy formulation mempunyai bobot terbesar pada “Ekspansi pasar dan inovasi produk” sebesar 56.60%, strategy objective mempunyai bobot terbesar pada “Meningkatkan revenue 7+2 digital product dengan mencapai target revenue yang telah ditentukan” sebesar 29.88%, dan KPI memiliki bobot terbesar pada “Pertumbuhan net profit margin 7+2 digital product” sebesar 26.72%. Penelitian ini memberikan manfaat dari segi teoritis dan praktis. Dari segi teoris peneliti mampu menambah pengetahuan dalam performance management system khususnya dalam perancangan sistem penilaian kinerja. Jika ditinjau dari segi praktis (Unit BPPPLP) yaitu unit BPPLP dapat menjadikan pertimbangan sebagai rekomendasi berupa perancangan sistem penilaian kinerja “7+2 digital product” menggunakan balanced scorecard sehingga dapat menyelesaikan permasalahan utama yaitu tidak terdapat KPI 7+2 digital product secara terintegrasi dan relevan dari berbagai aspek sebagai pengukuran kinerja dan performansi keberhasilan.
Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process, Balanced Scorecard, Key Performance Indicator, Sistem Pengukuran Kinerja, dan 7+2 digital product.