Penggunaan pewarna tekstil dari bahan alam di Indonesia sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, hal ini disebabkan karena melimpahmya sumber daya yang dapat diolah menjadi bahan tekstil yang berasal dari tumbuhan. Pewarna alami dapat menjadi alternatif dalam mewarnai kain karena bersifat ramah lingkungan. Pewarna alam kayu tegeran memiliki potensi yang dapat dikembangkan kembali untuk menghasilkan warna yang lebih bervaritif. Beberapa waktu terakhir kain jumputan banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia maupun di mancanegara, karena memiliki keistimewaan pada teknik pembuatanya dengan cara dijumput, dijelujir dan dilipat. Jika dilakukan dengan teliti akan menghasilkan sebuah karya yang bernilai jual tinggi. Namun hingga saat ini pembuatan jumputan tergolong sangat sederhana, oleh karena itu tidak menghasilkan variasi pola dan warna yang lebih beragam. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menemukan formulasi pewarna alam tegeran untuk menghasilkan warna yang lebih beragam dari berbagai jenis mordan dengan menggaplikasikan gradasi warna pada teknik jumputan. Menggunakan pewarna alam kayu tegeran pada lembaran kain linen, katun dan tencel melalui penggabungan dua macam mordan. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersumber dari studi literatur, observasi, wawancara, dan eksperimen. Didapatkan formulasi optimal pada mordan logam yaitu 0,5-1 gram tunjung dengan 1 liter air dapat menghasilkan warna hijau dengan pencelupan 3 kali, 8 gram tunjung dengan 1 liter air menghasilkan warna coklat dengan pencelupan 3 kali. Formulasi optimal pada mordan asam yaitu 24 gram tawas dengan 600 ml air menghasilkan warna kuning dengan pencelupan 3 kali. Formulasi pada ekstrak kayu tegeran yaitu 100 gram kayu tegeran dengan 1 liter air menghasilkan warna kuning kecoklatan.
Kata Kunci: Formulasi Mordan, Gradasi Warna Jumputan, Pewarna Kayu Tegeran