Kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan bisa datang secara kapanpun. Kepergian almarhumah ibu merupakan sesuatu yang berat dan menyakitkan bagi penulis. Ketika sedang rindu, penulis hanya bisa mengenang kenangan-kenangan tersebut yang tersimpan dalam sebuah memori di dalam otak. Seiring berjalannya waktu, memori menjadi semakin lemah, dan untuk berusaha membangkitkan kembali memori tersebut agar tidak telupakan, diperlukan upaya-upaya untuk merekonstruksi apa saja yang terkandung dalam memori itu, baik dalam wujud rupa, suara, aroma, dan lain sebagainya. Kenangan yang direkonstruksi tersebut tentu tidak akan mengembalikan wujud asli dari apa yang telah penulis alami sebelumnya, namun hal itu dapat tetap membuat kenangan terhadap mendiang ibu penulis tetap ada dalam pikiran penulis. Kata kunci: seni video, seni instalasi, memori, rekonstruksi visual, rekonstruksi audio
Death is something inevitable. The departure of the deceased mother is something hard and painful for the writer. When writer was homesick, the writer can only reminisce on those memories that are stored in the brain. Overtime, memories becomes weaker and weaker. In order to try to revive the memory so that it is not forgotten, efforts are needed to reconstruct what is contained in that memory, both in the form of shapes, sounds, smells, and so on. The reconstructed memories certainly will not restore the original form of what the author experienced before, but it can still make memories of the writer's late mother remain in the writer's mind. Keywords: video art, installation art, memory, visual reconstruction, audio reconstruction