Teknologi digital berkembang dengan sangat cepat, dan hal ini telah mengubah industri jasa keuangan, terutama dalam cara orang memutuskan ke mana mereka
akan menginvestasikan uang mereka. Studi ini meneliti bagaimana literasi digital, literasi keuangan, dan rasa takut ketinggalan (FOMO) memengaruhi tingkat toleransi risiko investasi pada investor muda, dengan pengungkapan informasi sebagai variabel mediasi. Data penelitian diambil dari 447 investor Generasi Y dan Z di Jawa Barat dan dianalisis menggunakan Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi literasi keuangan seseorang, semakin besar kecenderungannya untuk mencari informasi keuangan, namun justru cenderung memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dalam berinvestasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki pemahaman keuangan yang baik cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Sebaliknya, FOMO berpengaruh positif terhadap pencarian informasi maupun toleransi risiko, yang menunjukkan bagaimana faktor emosional dapat memengaruhi perilaku seseorang di dunia digital. Literasi digital meningkatkan toleransi risiko, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensitas pencarian informasi. Temuan ini menegaskan pentingnya faktor kognitif dan emosional dalam menentukan perilaku keuangan berbasis teknologi informasi. Studi ini berkontribusi dalam mendorong transformasi digital yang bertanggung jawab dengan menunjukkan pentingnya kesiapan individu dalam menghadapi ekosistem keuangan. Selain itu, studi ini memberikan wawasan bagi regulator, penyedia platform, dan pendidik dalam mempromosikan praktik investasi yang lebih bijak dan tangguh.
Kata kunci: literasi keuangan, literasi digital, jenis kelamin, FOMO, pengungkapan informasi, disiplin pasar, toleransi risiko investasi