Musik merupakan bentuk karya seni yang bersifat performatif dan kolaboratif, serta kerap dipadukan dengan seni pertunjukan lain seperti tari dan teater. Perkembangan musik di Indonesia saat ini tidak hanya terlihat dari kualitas karya, tetapi juga dari aspek visual dalam penyajiannya, seperti tata panggung, pencahayaan, hingga pengalaman multisensori dalam konser. Elemen-elemen tersebut menciptakan ambience yang memengaruhi kenyamanan penonton, termasuk penghawaan, pencahayaan, akustik, hingga aroma ruangan. Namun, hingga kini Indonesia belum memiliki banyak gedung pertunjukan musik yang memenuhi standar internasional, kecuali Jakarta Convention Centre (JCC) yang kondisinya juga sudah memerlukan pembaruan. Hasil kuisioner terhadap 45 responden menunjukkan 97,8% setuju bahwa Bandung membutuhkan gedung pertunjukan musik yang layak. Kota Bandung sendiri dikenal dengan keaktifan komunitas musiknya yang solid dan beragam, namun belum didukung oleh fasilitas gedung pertunjukan yang ergonomis dan memadai. Permasalahan yang kerap ditemukan adalah desain ruang yang kurang memperhatikan kenyamanan, seperti tempat duduk yang tidak sesuai postur, pencahayaan, sirkulasi udara, akustik, serta aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Pendekatan desain berbasis ergonomi menjadi solusi yang relevan untuk menciptakan ruang pertunjukan musik yang aman, nyaman, dan mendukung pengalaman artistik secara maksimal. Selain mendukung kebutuhan komunitas musik, kehadiran gedung pertunjukan yang representatif juga berpotensi menjadi daya tarik wisata baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Bandung.
Kata Kunci: Ergonomi, Gedung Pertunjukan, Musik, Komunitas Seni