Standar kecantikan yang ditampilkan di media sosial, khususnya Instagram, sering kali menciptakan tekanan bagi wanita, terutama mereka yang memiliki kondisi kulit wajah berjerawat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan memahami bagaimana wanita Gen Z yang berjerawat merepresentasikan dirinya di media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall yang memiliki beberapa fokus yaitu refleksi, konstruksi, dan intensi serta penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengeksplorasi pengalaman mendalam para informan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap wanita Gen Z yang aktif menggunakan Instagram dan memiliki kondisi kulit berjerawat. Penelitian ini menunjukkan bahwa para informan membentuk representasi diri dengan berbagai strategi, seperti menggunakan filter, menyembunyikan bagian wajah tertentu, atau memilih tidak mengunggah foto wajah sama sekali, dimana representasi diri para informan di Instagram tidak lepas dari paparan standar kecantikan sosial yang menekankan kulit mulus sebagai simbol kecantikan ideal. Temuan ini menunjukkan adanya dampak yang cukup kuat dari lingkungan sosial dan media terhadap cara individu menampilkan diri. Representasi yang dibentuk bukan hanya sebagai ekspresi diri, tetapi juga sebagai bentuk adaptasi terhadap tekanan sosial. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa wanita Gen Z berjerawat membentuk representasi diri yang berdasarkan oleh stigma sosial dan tekanan media digital. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya membentuk media sosial yang lebih inklusif terhadap keberagaman penampilan fisik.
Kata Kunci: Instagram, kulit berjerawat, media sosial, representasi diri, standar kecantikan, wanita Gen – Z