Stigma terhadap difabel di Indonesia masih menjadi masalah yang cukup besar, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar mereka, seperti perhatian dan dukungan dari keluarga. Hal ini seringkali menjadi hambatan bagi mereka dalam menerima kondisi diri mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh difabel terlantar di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel (PPSGHD) Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, serta teknik pengumpulan data melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi yang melibatkan klien difabel terlantar dan pekerja sosial, dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial dan pengalaman hidup memiliki peran penting dalam konsep diri difabel terlantar di PPSGHD. Difabel terlantar memiliki konsep diri yang terbagi antara negatif dan positif, meskipun sebagian besar cenderung negatif. Konsep diri negatif ini tercermin dari perasaan pesimis, merasa tidak disenangi orang lain, peka terhadap kritik, dan responsif terhadap pujian. Namun, sebagian difabel terlantar juga menunjukkan konsep diri positif, seperti mampu menerima kekurangan diri, mengatasi masalah, dan menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman tentang konsep diri difabel terlantar ini diharapkan dapat memperkuat pengembangan program rehabilitasi sosial yang lebih efektif, serta mendorong peningkatan kualitas hidup mereka melalui dukungan sosial yang lebih personal dan holistik.