Film ini merupakan sebuah refleksi atas realita kontemporer, di mana dunia digital membentuk ilusi keramaian yang justru memperdalam rasa sepi dan kehilangan arah individu. Melalui pendekatan visual yang simbolik, film ini menciptakan ruang antara diam dan distraksi—mengajak penonton tidak hanya untuk melihat, tetapi juga merasakan kehampaan yang tersembunyi di balik hiruk-pikuk media sosial. Mengisahkan seorang remaja/mahasiswa yang terperangkap dalam siklus infinite scroll, film ini menggambarkan bagaimana realitas diri perlahan terfragmentasi oleh tuntutan tren dan ekspektasi sosial media. Dunia digital divisualisasikan sebagai keramaian estetik yang kontras dengan kesunyian batin sang tokoh utama, yang terus mencari jati diri di tengah derasnya distraksi. Melalui karya ini, disampaikan pesan bahwa setiap individu sejatinya memiliki ruang untuk menciptakan hidupnya sendiri, namun dalam era digital, banyak yang lebih sibuk mengagumi "lukisan" orang lain daripada merangkai makna personal. Film ini menjadi cermin terhadap rasa kehilangan arah yang lahir dari kebutuhan validasi dan distraksi tanpa henti.