Dalam beberapa tahun terakhir, kain tradisional Indonesia kembali mendapat perhatian di industri mode, terlihat dari konsistensi tampilnya wastra nusantara di ajang Jakarta Fashion Week serta keterlibatan berbagai label seperti Sejauh Mata Memandang, Batik Trusmi, dan Wilsen Willim. Tren Berkain pun berkembang di kalangan generasi Z melalui kampanye #BerkainGembira, di mana pria turut menggunakan kain tradisional sebagai sarung yang dililit sebagai gaya khas. Fenomena ini mendorong brand lokal untuk mengembangkan sarung dengan pendekatan desain yang lebih modern. Namun, sarung pria yang beredar saat ini masih didominasi bentuk yang sederhana dan minim variasi. Penelitian ini bertujuan merancang produk sarung pria dengan bentuk yang lebih variatif, fungsional, dan sesuai tren. Proses perancangan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan model Double Diamond oleh British Design Council (2005), yang terdiri dari empat tahap: discover, define, develop, dan deliver. Penelitian ini menghasilkan desain sarung pria dengan tambahan elemen fungsional seperti tali, saku, kancing, dan karet pinggang, serta elemen dekoratif motif tradisional yang diterapkan melalui teknik digital printing. Hasil rancangan ini diharapkan menjadi produk pendukung tren Berkain yang praktis, estetis, dan relevan dengan gaya busana tren Berkain.