PT. GHI adalah perusahaan logistik yang bergerak di bidang ekspor suku cadang otomotif. Selama periode April 2022 hingga Februari 2023, perusahaan menghadapi 14 kasus part yang rusak (defective part) akibat packaging material yang bermasalah, menyebabkan biaya penggantian sebesar Rp. 1.044.538.560. Akar masalah dari defective part tersebut adalah sistem penilaian kinerja supplier yang masih subjektif, sehingga supplier dengan kinerja buruk terpilih kembali pada kontrak berikutnya. Untuk mengatasi masalah ini, digunakan metode Green SCOR untuk merancang Key Performance Indicators (KPI), Fuzzy AHP untuk menentukan bobot KPI, serta metode DANP dan VIKOR untuk pemilihan supplier pada periode kontrak selanjutnya.
Penelitian ini menghasilkan 14 KPI yang digunakan untuk menilai kinerja supplier. Dari penilaian yang dilakukan, hasil evaluasi kinerja supplier saat ini adalah DJRY 88,16, HLVT (Steel case) 57,63, WCKY 92,87, dan HLVT (Submaterial) 91,61. Strategi perbaikan kemudian diterapkan pada HLVT (Steel case), supplier dengan kinerja terendah, yang berhasil meningkatkan skor KPI menjadi 79,02 serta menurunkan jumlah defective part sebesar 53,85%, melampaui target perusahaan yaitu penurunan defective part sebanyak 30% dari tahun sebelumnya.
Pada pemilihan supplier periode berikutnya, dilakukan evaluasi terhadap semua kandidat dengan kriteria pemilihan supplier yang telah dirancang dan KPI yang sama untuk menilai kinerja supplier. Hasilnya, TTID terpilih sebagai supplier terbaik untuk kategori Steel Case, mengungguli HLVT. DJRY terpilih kembali untuk kategori karton box, WCKY terpilih kembali untuk kategori palet kayu dan HLVT (Submaterial) terpilih kembali untuk kategori submaterial. Evaluasi lebih lanjut menunjukkan bahwa selama bekerja sama dengan PT. GHI, TTID tidak pernah menyebabkan kasus defective part akibat packaging material yang rusak.