Fesyen musik hardcore memiliki identitas, sehingga bagaimana musik hardcore bukan hanya sekadar musik. Musik dimafaatkan sebagai sumber daya untuk membangun identitas individu dan kolektif. Fesyen dan identitas juga terbentuk melalui budaya berbasis selebriti atau artis, seperti musisi dan grup band. Tujuan penelitian ini mengetahui dan menjelaskan apa saja yang melatarbelakangi atau menginspirasi penerapan fesyen hardcore terhadap identitas diri penggemar dan komunitas musik hardcore di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif lewat pendekatan studi kasus. Adapun konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni fesyen dan identitas, konseptualisasi subkultur, fandom dan identitas, dan terakhir ditunjang oleh teori stimulus-organism-respon. Sebagai informan kunci, dipilihlah 3 orang yang bisa menjawab penelitian ini dan sekaligus mewakili penggemar dan komunitas musik hardcore di Kota Bandung, diantaranya Arga Infantria Putra (Prejudize / For Futura). Noor Al-Kautsar yang dikenal sebagai Ucay ex-vokalis Rocket Rockers (Riotic), dan Endy Ramndhany (Crostic Youth). Selain itu penelitian ini diisi oleh informan ahli, yakni Delpi Suhariyanto (Greedy Dust) dan penelitian ini juga didukung oleh beberapa informan yang membantu peneliti dalam melakukan observasi lapangan, yakni Idhar Resmadi (Jurnalis Musik) dan Ahmad Triana Firdaus (Fotografer Musik). Peneliti menemukan hasil bahwasanya fesyen yang digunakan para penggemar dan komunitas musik hardcore menunjukan identitas. Para penggemar dan komunitas ingin diidentifikasi sebagai seorang yang memiliki ketertarikan dengan musik hardcore. Selain itu fesyen yang digunakan melambangkan simbol musik hardcore dan fesyen yang digunakan juga terkait kenyamanan dan pesan yang ada dalam musik hardcore.