Gedung Juang 45 Bekasi adalah salah satu bangunan cagar budaya tipe c peninggalan sejak masa penjajahan Belanda. Berlokasi di Jalan Sultan Hasanuddin No. 39, bangunan ini memiliki beberapa masalah dimulai dari visi misi Pemerintah Bekasi, gedung tidak berfungsi, keadaan eksisting yang memburuk, museum mini sebelumnya yang tidak menunjang hingga menurunnya daya tarik pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk memberi penjelasan, pengaplikasian dan ilustrasi mengenai perancangan Museum Juang 45 Bekasi sebagai public space yang menunjang kehidupan new normal dan pengunjung mendapatkan pengalaman ruang serta makna dari ruang pamer museum yang diharapkan, yaitu kunjungan yang edukatif, rekreatif, dan kreatif. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan data-data bersifat deskriptif dalam menganalisis objek. Landasan teori kualitatif digunakan sebagai pemandu penelitian. Dengan teknik pengumpulan data melalui pencarian studi literatur dan survei lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk menghidupkan kembali kawasan Gedung Juang 45 Bekasi maka dirancanglah Museum yang berfokus mengenai sejarah kota Bekasi dari masa prasejarah, perjuangan masa penjajahan hingga perkembangan sosial budaya. Kemudian, gedung sekitarnya yang tidak terpakai dirancang menjadi gedung kantor pengelola museum, cafetaria dan sewa. Teknologi digunakan sebagai pendekatan desain dan Budaya Lokal digunakan sebagai tema perancangan. Konsep penggayaan Tradisional Kontemporer dipilih untuk merancang interior ruangannya.