Kapal Pinisi adalah kapal kayu dengan dua tiang dan tujuh layar yang pertama kali diciptakan di tiga desa, yaitu Tana Beru, Tana Lemo, dan Desa Ara. Ketiga lokasi tersebut berada di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Kapal Pinisi diciptakan oleh para laki-laki pembuat Kapal Pinisi secara turun-temurun pada garis keturunan keluarga. Namun pada saat ini, pembuat Kapal Pinisi mengalami kesulitan untuk mewariskan ilmu kepada generasi penerus. Opsi pekerjaan, pendidikan, pengorbanan yang besar, dan tidak adanya sebuah asosiasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya regenerasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses terjadinya perubahan perilaku regenerasi pembuat Kapal Pinisi terhadap putusnya regenerasi di Bonto Bahari dengan penyutradaraan film pendek dengan cerita dramatis, yaitu seni dalam membentuk sebuah cerita ke dalam bentuk yang bisa memaksimalkan keterlibatan emosional penonton sehingga pesan yang ingin disampaikan akan diterima oleh penonton dengan baik. Tipe penelitian ini adalah kualitatif yang menggunakan pendekatan psikologi sosial dengan metode pengumpulan data studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dan wawancara. Landasan pemikiran meliputi: generasi pembuat Kapal Pinisi, media komunikasi berbentuk film pendek, dan kognisi sosial. Dari hasil penelitian, ditemukan tema besar yaitu perubahan perilaku pembuat Kapal Pinisi menghadapi putusnya regenerasi karena perbedaan tujuan hidup.
Kata Kunci: Penyutradaraan, Film Pendek, Cerita Dramatis, Perubahan Perilaku Pembuat Kapal Pinisi.