Hubungan beda agama bukanlah pokok bahasan yang baru-baru saja di perbincangkan namun sudah menjadi hal yang patut dikhawatirkan jika terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri hubungan beda agama tidak dapat di legalitaskan. Film “Cinta Tapi Beda merupakan sebuah film karya Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra mengangkat tema hubungan beda agama sebagai ide ceritanya. Film ini menggambarkan sepasang kekasih yang menajalani hubungan beda keyakinan, namun bertekad untuk melanjutkan hubungannya ke tahap pernikahan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penggambaran laki-laki dalam menghadapi hubungan yang berbeda keyakinan, terkait dengan peran laki-laki yang selalu mendominasi sebuah hubungan serta untuk menjelaskan tentang wacana peran laki-laki dalam hubungan beda agama tersebut.
Peneliti menggunakan metode yakni metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berasal dari studi dokumentasi yang berasal dari teks percakapan dan visual film “Cinta Tapi Beda” serta arsip kepustakaan seperti mengumpulkan berbagai tulisan yang terkait dengan peran laki-laki serta hubungan beda agama dalam masyarakat. Penelitian ini akan ditelaah menggunakan kerangka teori analisis wacana kritis S.Jäger dan F.Maier yang diterapkan untuk film.
Melalui hasil penelitian dengan kerangka teori analisis wacana kritis S.Jäger dan F.Maier pada film “Cinta Tapi Beda” ditemukan bahwa peran laki-laki dalam menghadapi hubungan beda agama tidak dapat mendominasi hubungannya serta toleransi yang hanya tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan. Peneliti juga menyimpulkan bahwa film “Cinta Tapi Beda” memang merefelsikan kehidupan nyata dalam masyarakat namun tidak selamanya apa yang ada di film dapat dibenarkan dan dicontoh oleh masyarakat.
Kata Kunci : Analisis Wacana Kritis, Film, Peran, Laki-Laki, Hubungan Beda Agama, Toleransi, Realitas