Ketersediaan darah untuk donor secara ideal adalah 2% dari jumlah penduduk yang disesuaikan dengan standar lembaga kesehatan internasional (WHO). Sehingga jika jumlah penduduk di Indonesia sebesar 258.705.000 jiwa (Badan Pusat Statistik , 2017) , maka idealnya dibutuhkan darah sebanyak 5.174.100 kantong darah. Akan tetapi pada tahun 2016 lalu, jumlah darah yang terkumpul dari pendonor sebanyak 4.600.000 kantong darah. Sehingga secara nasional terdapat kekurangan kebutuhan darah sejumlah 574.100 kantong darah. Dari hasil survei yang telah kami lakukan, terdapat beberapa alasan masyarakat takut atau tidak mau melakukan donor darah. Beberapa di antaranya berupa takut tertular penyakit, takut sakit disuntik, tubuh menjadi lemas, trauma dan takut gemuk maka dapat disimpulkan penyebab utama masyarakat tidak mendonorkan darahnya yaitu kurangnya edukasi masyarakat mengenai donor darah yang mengakibatkan kurangnya awareness (kesadaran) masyarakat untuk melakukan donor darah. Muncul sebuah ide untuk menutupi kekurangan dari aplikasi – aplikasi yang telah ada dengan membuat aplikasi yang baru dinamakan E-Vampire. Untuk menunjang peningkatan pemahaman mengenai donor darah, salah satu aplikasi E-Vampire akan diluncurkan berbasis aplikasi website. Perancangan aplikasi E-Vampire berbasis website akan menggunakan salah satu dari software development life cycle agile yaitu scrum. Scrum merupakan salah satu varian dari metode agile yang iterative dan incremental. Pengembangan aplikasi E-Vampire akan dibawa menuju tingkat selanjutnya dalam dunia bisnis menjadi sebuah perusahaan startup (Scrum Alliance , 2016). Startup E-Vampire mengadopsi salah satu model bisnis Lean Canvas yang berguna untuk merancang kebutuhan bisnis yang diperlukan oleh startup E-Vampire untuk beberapa tahun mendatang. Dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi E-Vampire berbasis website dirancang untuk menambah kesadaran masyarakat tentang pentingnya untuk donor darah