Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang
sedang direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Permintaan baja nasional pada
tahun 2013 mencapai 12,7 juta ton, hal ini merupakan tantangan bagi industri baja
nasional untuk tumbuh dan berkembang. PT Krakatau Steel merupakan satusatunya industri nasional milik pemerintah yang bergerak di bidang produksi baja.
Bisnis baja sangat berfluktuatif dipengaruhi oleh gejolak ekonomi dunia, akhir
tahun 2012 harga baja turun sejalan dengan kelebihan suplai baja dunia oleh China.
Pada tahun 2013, perusahaan memutuskan memberhentikan operasi pabrik Slab
Steel Plant karena biaya produksi slab lebih tinggi dibandingkan pembelian bahan
baku slab baja impor. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode
Reliability Centered Maintenance (RCM) untuk mendapatkan interval waktu
perawatan yang tepat. Pemilihan maintenance task berdasarkan perhitungan
kualitatif menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan RCM
Worksheet, didapatkan satu scheduled on-condition, lima scheduled restoration,
dua scheduled discard task dan satu run to failure dilanjutkan perhitungan
kuantitatif untuk mendapatkan interval perawatan. Selisih biaya perawatan apabila
perusahaan menggunakan kebijakan maintenance usulan dibandingkan dengan
kebijakan maintenance eksisting adalah Rp Rp12.476.379.035. Penelitian ini juga
menggunakan metode Reliability Centered Spares (RCS) untuk memperhitungkan
tingkat persediaan spare part yang harus disediakan perusahaan untuk setiap
komponen kritis repairable dan non-repairable agar tidak terjadi stock out.