"Dengan tangan kirinya dia menjambak rambutku dan menarik kepalaku dari ranjang. Dengan tangan kanan, dia manampar wajahku begitu keras. Dia menamparku lagi dengan punggung tangannya. 'sekarang, apa yang mau kau katakan?' Aku tak sanggup melawan. Aku berbisik patuh, 'Terima kasih. Terima kasih, Tuan."
Batuk terseret pada kegelapan sejak ia berusia sembilan tahun. Ia mesti merelakan sang Ayah menukar dirinya dengan lembaran rupee untuk menghuni sebuah rumah bordil di Mumbai. Menjalani hidup sebatang kara di tengah pusaran kekejian manusia, Batuk menemukan pelariannya dengan menulis pada sebuah buku cacatan biru. Dia meleburkan dirinya pada kata-kata, hanya yang terseisa adalah harapan dalam lembar-lembar buku harian birunya. Di tengah belenggu yang mengekang hidupnya, mampukah Batuk menyelamatkan diri dari kepungan derita lewat sebuah buku cacatan biru?
"Karya James A. Levine ini mampu membuka mata hati kita. Membaca novel ini membuat kita sadar bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi anak-anak."