ABSTRAKSI: Perubahan lingkungan bisnis Telekomunikasi di Indonesia telah memaksa operator untuk menghasilkan layanan dengan kualitas terbaik dan harga murah. Untuk itu pemakaian jaringan IP sebagai pembawa layanan yang bersifat real time maupun best effort menjadi suatu keharusan karena jaringan IP memiliki efisiensi pemakaian kanal terbaik dibanding jaringan circuit switch. Hal tersebut berdampak pada layanan yang dihasilkan menjadi cost effective.
PT Telkom sebagai incumbent operator dengan program Insync 2014 melakukan konsolidasi di tingkat network dan transformasi ke jaringan IP. Diharapkan dengan program ini PT Telkom bisa mempertahankan eksistensinya dengan menghasilkan layanan yang berkualitas dan biaya murah.
Kondisi jaringan IP PT Telkom saat ini sudah mengalami beberapa pengembangan dengan menerapkan teknologi MPLS dan Metro Ethernet. Diharapkan dengan penerapan teknologi tersebut tercapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan produk terbaik dengan harga kompetitif. Untuk melihat sejauh mana tingkat efisiensi yang dicapai oleh jaringan eksisting perlu dilakukan analisa cost model.
Analisa cost model merupakan analisa yang digunakan untuk memformulasikan biaya-biaya yang digunakan bersama ii oleh semua layanan (common cost) dan biaya yang timbul karena adanya layanan tersebut (incremental cost). Biaya inkremental dapat disetting sebagai batas bawah tarif layanan tersebut dalam artian perusahaan tidak rugi. Metode yang digunakan untuk penyusunan cost model tersebut adalah Long Run Incremental Cost (LRIC) yang merupakan metode rekomendasi untuk perhitungan tarif cost based oleh ITU.
Pada tesis ini dilakukan pembuatan cost model untuk jaringan IP eksisting sehingga bisa dibuat analisa efektivitas cost dari jaringan eksisting terhadap jaringan optimasi. Jaringan optimasi merupakan jaringan yang strukturnya berdasarkan jaringan eksisting namun dilakukan beberapa upaya untuk mendapatkan nilai optimasi dengan paramater delay, packet loss dan throughput.
Kata Kunci : jaringan IP, efisiensi, cost model, LRICABSTRACT: Changes in business environment in Indonesia have forced Telecommunication operators to produce the best quality service and low prices. Using IP network as a network that delivery real time and best effort services become a must because the IP network has a best efficiency of the channel network than the circuit switch. This affects the services to be produced cost effective.
PT Telkom as the incumbent operator with the INSYNC program in 2014 to consolidate the core network and transform network into IP. It is expected that this program assurance PT Telkom can sustain the existence of service quality and low cost. At this time IP, network of PT Telkom has experienced some technology development with MPLS and Metro Ethernet. It is expected that the implementation of technologies can achieve the purpose of the company to produce products with competitive price. To see how far the level of efficiency achieved by existing networks, it is needed cost model evaluation. Analysis of cost analysis model is used to formulate cost, shared by all services (common costs) and costs incurred because of the service (incremental cost). Incremental cost can be set as price floor tariffs in the service means the company does not indemnify. Method used for the cost model is the Long Run incremental cost iv (LRIC), which is the recommended method for calculation of cost based tariffs by ITU.
In this thesis, this is done the creation cost model for existing IP network so that it can be made cost-effectiveness analysis of a network of existing network optimization. Network optimization is a network structure based on the existing network but some of the efforts made to obtain the maximum traffic that comply with technical parameters like delay, packet loss and throughput.
Keyword: IP Network, Efficiency, Cost Model, LRIC