Pergerakan bisnis B2B white label app store pada dasarnya telah dilakukan para perusahaan besar dunia lainnya seperti Appia, Getjar, dan Handster. Dengan kata lain Telkom akan bersaing dengan perusahaan - perusahaan besar yang sudah lebih dahulu bergerak di industri white label app store, lebih berpengalaman, serta memiliki pangsa pasar yang lebih besar dibandingkan Telkom Store. Untuk dapat bangkit bersaing dan memenangkan persaingan, Telkom harus dapat mengelola sumber daya dan kapabilitas yang dimilikinya secara maksimal agar tercipta Sustainable Competitive Advantage serta mengatasi resource gap yang mungkin terjadi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif triangulasi dengan teknik analisis Resource Based View dimana sumber daya dan kapabilitas perusahaan akan dianalisa untuk mengetahui apakah perusahaan dapat menciptakan sustainable competitive advantages atau tidak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan pihak terkait, analisis dokumen – dokumen perusahaan, serta jurnal penelitian lainnya. Data kemudian dikelompokan dan dianalisis kemudian ditarik kesimpulan di setiap indikator dari sumber daya, kapabilitas, analisis competitive advantage, analisis resource gap, dan formulasi strategi untuk mengatasi resource gap.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa White Label Telkom Store belum memiliki sumber daya dan kapabilitas yang mumpuni dalam menjalankan bisnis app store. Sumber daya dan kapabilitas Telkom Store hanya berada di posisi competitive parity serta memiliki resource gap pada dua hal yaitu jumlah aplikasi dan dukungan perangkat serta platform yang masih terbatas.