Berdasarkan data yang di verifikasi oleh KEMENDIKBUDRISTEK, total peserta didik berkebutuhan khusus di Indonesia tahun 2024-2025 mencapai jumlah sebanyak 245.350 peserta didik yang valid berkebutuhan khusus. Hal tersebut menunjukkan pemenuhan hak dasar dalam aspek pendidikan bagi ABK khususnya dengan hambatan intelektual dan fisik belum optimal. Oleh karena itu perancangan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang disesuaikan berdasarkan karakteristik dan perilaku peserta didik Tunagrahita, Tunadaksa dengan Cerebral Palsy, dan Spektrum Autisme sehingga dapat mendukung perkembangan fisik, kognitif, sensorik, serta motoric peserta didik. Perancangan ini dilakukan dengan metode kualitatif yang mengumpulkan data primer berupa observasi dan wawancara di SLB Pusppa Suryakanti Kota Bandung, SLB D YPAC Kota Bandung, SLB Az-Zakiyah Kota Bandung, dan SLB TPI Kota Medan. Kemudian dilakukan pengumpulan data sekunder berupa studi literatur, dan peraturan resmi yang berlaku, serta studi banding terhadap objek sekolah yang serupa. Hasil dari perancangan menunjukkan bahwa anak tunagrahita, tunadaksa dengan cerebral palsy, dan spektrum autisme membutuhkan penataan ruang yang mudah dipahami, pewarnaan, pencahayaan dan penghawaan yang baik, serta material dan furniture yang aman digunakan. Dan penerapan konsep Montessori dinilai efektif dalam mendukung kemandirian dan eksplorasi sesuai ritme belajar masing-masing peserta didik.