Risiko idiosinkratik merupakan risiko khusus yang hanya terjadi pada beberapa perusahaan tertentu. Munculnya risiko idiosinkratik pada perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah carbon perfomance dan pengungkapan environmental, social, and governance (ESG). Peningkatan risiko idiosinkratik berpeluang menjadi tantangan besar bagi perusahaan, terutama risiko yang berhubungan dengan keberlanjutan lingkungan.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara carbon performance dan pengungkapan ESG terhadap risiko idiosinkratik dengan moderasi speed of adjustment. Objek penelitian ini merupakan perusahaan sub-industri produksi batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2021-2023. Total populasi pada penelitian berjumlah 26 perusahaan.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sehingga, diperoleh 12 perusahaan sebagai sampel. Penelitian ini termaasuk penelitiaan kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear bergaanda dengan variabel moderasi. Data penelitian diambil dari laporan tahunan, laporan keuangan, dan laporan keberlanjutan perusahaan sub-industri produksi batu bara yang terdaftar di BEI, investing.com, serta Katadata Corporate Sustainability Index.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara carbon performance dengan risiko idiosinkratik dengan hasil koefisien hasil regresi negatif. Variabel lainnya, yaitu pengungkapan ESG, juga berpengaruh negatif terhadap risiko idiosinkratik. Arah negatif menandakan bahwa semakin tingginya nilai carbon performance dan pengungkapan ESG yang dimiliki perusahaan, akan semakin menurunkan risiko idiosinkratiknya. Secara simultan, carbon performance dan pengungkapan ESG berpengaruh terhadap risiko idiosinkratik. Moderasi speed of adjustment tidak dapat memperkuat hubungan antara carbon performance dan risiko idiosinkratik. Sementara itu, adanya hubungan positif yang menandakan variabel moderasi speed of adjustment memperkuat hubungan antara pengungkapan ESG dengan risiko idiosinkratik.
Adanya keterbatasan dalam penelitian, membuat penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya kembali meneliti tentang risiko idiosinkratik. Selain itu, topik keberlanjutan yang menjadi perhatian, membuat penelitian tentang keberlanjutan masih relevan untuk dilakukan. Diharapkan adanya penelitian ini dapat membawa manfaat, tidak hanya bagi perusahaan sub-industri produksi batu bara, investor, tetapi juga untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.