Persaingan ketat dalam sektor kuliner di Kota Bandung mendorong pelaku UMKM, termasuk Raja Cabai Garam, untuk menyusun strategi keuangan yang matang agar usaha dapat berkelanjutan. Meski demikian, banyak pelaku usaha kecil yang belum memanfaatkan analisis kelayakan finansial sebagai dasar dalam mengambil keputusan strategis menunjukkan adanya celah yang belum banyak dibahas dalam riset maupun praktik. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk menilai kelayakan finansial bisnis Raja Cabai Garam dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan mencakup beberapa indikator utama, seperti Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), Break Even Point (BEP), Gross Profit Margin (GPM), serta Net Profit Margin (NPM), yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan aktual serta proyeksi tahun 2025. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan model bisnis Cloud Kitchen memberikan efisiensi dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan model sebelumnya, dengan PP selama 4,7 bulan, NPV positif sebesar Rp21.384.613, IRR di atas 40%, serta PI sebesar 2,43. GPM tercatat sebesar 65%, NPM 30,33%, dan titik impas (BEP) pada nilai Rp60.000.000. Berdasarkan hasil tersebut, usaha ini layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis di sektor UMKM kuliner. Secara akademis, temuan ini turut menambah referensi dalam kajian manajemen keuangan, khususnya dalam konteks model bisnis digital seperti Cloud Kitchen.
Kata kunci: kelayakan finansial, UMKM, Cloud Kitchen, NPV, profitabilitas