Persaingan dalam industri kerajinan tangan membutuhkan perhatian yang tinggi terhadap kualitas produk. Sentra Keramik Kiaracondong, sebagai salah satu usaha di bidang ini menghadapi tantangan produksi dengan tingkat defect produk guci yang melebihi batas toleransi perusahaan sebesar 5%. Dalam penyelesaian masalah defect, perusahaan harus dapat mengidentifikasi isu apa saja yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu. Salah satu pendekatan strategis yang dapat diterapkan adalah manajemen risiko. Pendekatan manajemen risiko dipilih sebagai kerangka kerja karena dapat mengatasi masalah secara sistematis dan proaktif. Melalui metode House of Risk (HOR), perusahaan dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan memprioritaskan risiko serta tindakan pencegahannya. Hasil penelitian mengidentifikasi 17 kejadian risiko dengan 22 sumber risiko. Pada analisis HOR fase 1 menunjukkan bahwa sumber risiko dengan prioritas tertinggi adalah kontaminasi serbuk gips pada adonan clay dan kualitas bahan baku yang buruk. Berdasarkan analisis tersebut, dirumuskan 15 usulan tindakan pencegahan, dengan tiga prioritas utama yang direkomendasikan melalui HOR fase 2, yaitu pemasangan rambu instruksi kebersihan, penggunaan rambu instruksi untuk menutup wadah adonan, dan perancangan ulang peralatan di area pencetakan. Rancangan strategi ini mempertimbangkan kondisi aktual di lapangan dan prinsip implementasi yang mudah dan fungsional. Penelitian ini dapat membantu perusahaan mengidentifikasi prioritas risiko dan menyusun tindakan pencegahan yang efektif.
Kata Kunci: Guci, Risiko, Manajemen Risiko, House of Risk