Ketika sesosok alien tiba di Bumi, kesan pertamanya terhadap manusia jauh dari kata positif. Karena itu ia ingin segera menyelesaikan misinya dan melepaskan samarannya sebagai Profesor Andrew Martin, matematikawan terkemuka di Universitas Cambridge.
Sebagai bagian dari masyarakat yang sudah mencapai keabadian dan pengetahuan tak terbatas, ia sungguh jijik dengan penampilan manusia, makanan mereka, serta perang yang ia saksikan di berita. Tak hanya itu, konsep absurd seperti cinta dan keluarga benar-benar membuatnya bingung.
Namun seiring waktu, ia mulai memahami bahwa spesies aneh ini berbeda dari penilaian awalnya. Ia mulai minum anggur, membaca puisi Emily Dickinson, mendengarkan musik Talking Heads, dan perlahan terhubung dengan keluarga Andrew Martin. Ia belajar bahwa rasa sakit, sedih, dan takut adalah bagian dari menjadi manusia serta ada harapan dalam ketidaksempurnaan manusia. Semua ini membuatnya mulai mempertanyakan misi yang membawanya ke Bumi—misi yang bukan hanya bertujuan menghambat kemajuan manusia, tetapi juga melibatkan pembunuhan.