Siapa dan berapa pun usia Anda, pastilah Anda pernah menangis. Kedua mata Anda pernah meneteskan air mata; entah kebahagiaan ataupun duka, disertai jeritan ataupun sekadar sesenggukan/isakan. Ketika telah berhasil mencapai hal yang selama ini Anda impikan, misalnya, tidak terasa air mata mengalir membasahi pipi. Ketika impian itu sirna dari penglihatan, Anda pun tidak kuasa menahan air mata. Hal pertama, Anda menangis karena terharu atau bahagia. Sementara itu, tangisan kedua karena sedih atau merana.
Ketika Anda melabuhkan cinta dan berpaut kepada sang kekasih, sekonyong-konyong air mata mengalir saat jiwa mendorong Anda untuk memeluknya. Anda merasa seolah dunia berada di genggaman Anda. Anda merasa amat berbahagia. Ketika orang yang dicintai meninggalkan Anda, baik untuk jangka waktu lama maupun sekama-lamanya anda pun tidak bisa mengelakdari tangisan duka lara.
Adakah rencana Anda untuk menangis lagi?
Pertanyaan ini sekilas tampak agak konyol. Meski begitu, ternyata banyak orang yang benar-benar mengalami kesulitan untuk menangis [lagi]. Mereka berketetapan hati untuk tidak ingin menangis, tidak mau menangis, dan tidak akan menangis.
Barangkali Anda termasuk mereka yang anti-menangis. Melalui buku ini, mari memahami hakikat tangisan dan air mata beserta seluk-beluknya. Mari, belajar menangis yang tidak sia- sia. Buku ini akan menunjukkan betapa pentingnya kita menangis secara cerdas dan mencerahkan. Karena, hanya dengan tangisan yang seperti ini saja keseimbangan jwa kita sebagai manusia akan didapat.