“Bawalah lukamu ke Jogja, biar Jogja yang menyembuhkannya.”
Anchiera Deisya memegang kalimat itu erat-erat saat memutuskan pindah ke Jogja. Selain pergi ke Jogja untuk berkuliah di universitas impiannya, Deisya juga pergi untuk kabur, membawa hati yang remuk karena ditinggal menikah oleh pujaan hatinya.
Di tengah upaya merapikan kepingan-kepingan hatinya yang berserakan, Deisya justru bertemu dengan seorang laki-laki absurd, tengil, dan terlalu cerewet untuk diabaikan. Awalnya, keberadaan laki-laki itu terasa begitu mengganggu. Namun secara perlahan, tanpa Deisya sadari, kehadiran laki-laki itu mampu mengurai lukanya.
Lantas, apakah laki-laki itu bisa membantu Deisya menyembuhkan lukanya secara utuh di Jogja?
Atau justru … kehadirannya malah menghadirkan luka baru yang membuat Deisya tidak ingin kembali mengenal cinta?