Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang terlantar dan tidak memiliki dukungan keluarga sering mengalami stigma, penolakan, dan keterasingan sosial. Kondisi ini membuat proses rehabilitasi sosial menjadi sangat kompleks dan menuntut pendekatan komunikasi yang empatik dan manusiawi. Dalam konteks tersebut, pramujiwa sebagai tenaga non-profesional memiliki peran penting dalam membangun hubungan terapeutik dengan klien. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penerapan komunikasi terapeutik oleh pramujiwa di Satuan Pelayanan Bina Laras Sakurjaya, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, dalam mendampingi klien ODGJ melalui empat fase komunikasi: pra-interaksi, orientasi, kerja, dan terminasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma interpretif, melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, dengan melibatkan 5 informan utama dan 2 informan pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pramujiwa mampu menerapkan komunikasi terapeutik secara efektif meskipun bukan tenaga medis. Setiap fase menunjukkan strategi yang khas: mulai dari kesiapan mental, membangun kepercayaan, menciptakan rasa aman, memotivasi klien, hingga mempersiapkan klien untuk kembali ke keluarga atau menghadapi perubahan. Penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan empatik dan berbasis pengalaman personal mampu membentuk hubungan yang suportif dan bermakna, serta mendukung pemulihan psikososial klien ODGJ secara lebih humanis.
Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Pramujiwa, ODGJ, Rehabilitasi Sosial, Empati