Indonesia memiliki curah hujan menengah hingga tinggi (1500-4000 mm/tahun), menjadikan air hujan sebagai sumber daya potensial untuk irigasi berkelanjutan. Namun, praktik penyiraman manual pada tanaman hias seperti Monstera Adansonii (Janda Bolong) yang memerlukan kelembaban tanah 40-90% sering kali tidak konsisten, mengakibatkan risiko kekeringan atau kelebihan air. Ketidaktelitian dalam memantau kadar air tanah, ketergantungan pada sumber air PDAM, serta keterbatasan waktu pemilik menjadi masalah utama dalam menjaga kesehatan tanaman.
Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian ini merancang sistem penyiraman otomatis berbasis mikrokontroler ESP32 yang terintegrasi dengan capacitive soil sensor dan sensor ultrasonik HC-SR04. Capacitive soil sensor mendeteksi kelembaban tanah secara real-time, sementara HC-SR04 memantau kapasitas air hujan dalam tangki. Sistem ini mengaktifkan pompa air ketika kelembaban tanah <40% dan menghentikannya pada 90%, serta mengontrol motor stepper untuk membuka/menutup tangki berdasarkan ketinggian air. Dengan memanfaatkan air hujan, sistem mengurangi ketergantungan pada PDAM sekaligus memastikan presisi penyiraman sesuai kebutuhan tanaman.
Hasil pengujian menunjukkan capacitive soil sensor memiliki tingkat kesalahan relatif 11,2%, sedangkan HC-SR04 mencapai akurasi 99,36% dalam mengukur ketinggian air. Pompa berhasil mengaktifkan siklus penyiraman saat kelembaban kritis terdeteksi, dan motor stepper merespons perubahan kapasitas tangki dengan presisi (tertutup pada 100%, terbuka di ?90%). Sistem ini dapat menjaga kelembaban optimal tanaman serta mengoptimalkan penggunaan air hujan. Penelitian ini menawarkan solusi irigasi berkelanjutan yang dapat dikembangkan dengan integrasi IoT untuk adaptasi kondisi lingkungan dinamis.