Indonesia menghasilkan sekitar 1,9 juta ton limbah elektronik pada tahun 2021, dengan laju pertumbuhan sebesar 39% per tahun. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2030. Namun, berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), hanya 17,4% dari total limbah elektronik yang didaur ulang pada tahun 2021, menunjukkan bahwa sistem pengelolaan limbah elektronik di Indonesia masih belum optimal. Smartphone merupakan salah satu produk dengan tingkat pembuangan tertinggi, dengan masa pakai rata-rata 3,42 tahun. Diperkirakan lebih dari 40 juta unit smartphone menjadi limbah elektronik pada tahun 2028 di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem pengelolaan limbah smartphone yang terintegrasi dengan pendekatan ekonomi sirkular. Solusi yang dihasilkan diharapkan dapat menyelaraskan peran seluruh pemangku kepentingan termasuk konsumen, produsen, pengumpul, dan pengelola limbah elektronik untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan limbah serta mengurangi dampak lingkungan. Dengan memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan, penelitian ini mendukung implementasi ekonomi sirkular yang menitikberatkan pada penggunaan kembali, perbaikan, dan daur ulang komponen limbah smartphone.
Metode penelitian yang digunakan adalah metoda kualitatif melalui tahapan observasi, wawancara, dan kajian dokumen dengan triangulasi sumber untuk pengujian keabsahan data. Nara sumber berjumlah 13 orang terdiri atas pemangku kepentingan termasuk konsumen, produsen smartphone, pengelola limbah, dan perwakilan pemerintah. Penelitian mengadopsi metode design thinking yang terdiri dari lima tahap: empathize, define, ideate, prototype, dan test. Tahap empathize dilakukan melalui observasi dan wawancara untuk memahami kebutuhan, perilaku, serta tantangan yang dihadapi. Selanjutnya, tahap define merumuskan permasalahan utama dalam sistem pengelolaan limbah smartphone yang belum terintegrasi secara efektif.
Hasil penelitian ini adalah prototype platform pengelolaan limbah elektronik yang dikembangkan dalam bentuk service blueprint dan high-fidelity platform. Prototype dirancang melalui keterlibatan pemangku kepentingan pada tahapan ideate design thinking dengan menggunakan metode brainstorming dan SCAMPER. Selanjutnya, prototipe divalidasi untuk memastikan solusi yang dihasilkan efektif dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang ada.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PermenLHK) Nomor 75 Tahun 2019, produsen wajib berkontribusi dalam pengelolaan limbah elektronik melalui penerapan prinsip daur ulang dan pengurangan limbah produk sebagai bagian dari konsep Extended Producer Responsibility (EPR). Namun, implementasi regulasi ini masih belum optimal, termasuk di industri smartphone, akibat kurangnya mekanisme yang terintegrasi dan keterlibatan aktif dari para pemangku kepentingan. Dengan penerapan EPR yang lebih efektif, platform yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendukung sistem pengelolaan limbah elektronik smartphone yang lebih terstruktur, mendorong produsen untuk mengambil peran aktif, serta meningkatkan partisipasi konsumen dan pengelola limbah dalam ekonomi sirkular.
Kata Kunci: Design thinking, ekonomi sirkular, limbah elektronik, smartphone, Extended Producer Responsibility (EPR), prototype, platform