Keterlibatan orang tua sangat penting dalam perkembangan anak. Ketika salah satu peran tersebut tidak terpenuhi, akan ada efek negatif pada perkembangan anak. Saat ini, peran kepala keluarga tidak hanya dipegang oleh ayah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, 12,73% kepala rumah tangga di Indonesia adalah perempuan. Mengingat peran signifikan orang tua dalam pembentukan perilaku anak, interaksi komunikatif antara orang tua dan anak menjadi krusial dalam mengembangkan karakter anak, terutama dalam konteks komunikasi antara orang tua tunggal dan anak. Penelitian ini mengkaji efek berbagai pola komunikasi keluarga terhadap perkembangan anak pada keluarga ibu tunggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pola komunikasi laissez-faire, protektif, pluralistis, dan konsensual berefek pada perkembangan emosional, sosial, dan moral anak. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan psikolog dan single mother untuk mendapatkan data yang mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi laissez-faire cenderung menghambat perkembangan kognitif dan emosional anak. Pola protektif melindungi anak dari bahaya tetapi dapat menghambat kemandirian mereka. Pola pluralistis, dengan komunikasi terbuka dan dukungan emosional, berefek positif pada kesejahteraan anak. Pola konsensual mengajarkan anak untuk menghargai pendapat orang lain dan memperkuat kemampuan berpikir kritis. Kesimpulannya, pola komunikasi yang efektif adalah yang menyeimbangkan antara memberikan arahan dan membiarkan anak belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Kata Kunci: Pola komunikasi keluarga, ibu tunggal, perkembangan anak, Keluarga, Perilaku