Di tengah arus besar perubahan yang memengaruhi tatanan (disrupsi) media massa secara umum, televisi , sebagai media paling populer hingga kini, tergolong masih cukup mampu bertahan. Para ahli dan praktisi media—terutama mereka yang beraliran skeptis, menyebut bisnis televisi sudah memasuki fase awal senja kala media, sebagaimana yang dialami oleh media warisan lainnya, media cetak dan radio. Namun nyatanya, televisi masih menjadi “pemangsa” kue dari pengeluaran iklan (advertising expenditure) dari korporasi dan institusi mana pun. Data dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) menunjukkan, porsi belanja iklan ke televisi masih berada di kisaran 70%-75% pada 2023. Sisanya terbagi ke platform media lain, yaitu digital, cetak, dan radio. Mengapa televisi masih menjadi “penguasa” industri media? Bagaima industri televisi sejak kelahirannya menjadi magnet bagi massa, dan pengiklan komersial? Sampai kapankah televisi masih akan terus bertahan? Bagaamana kehadiran media digital dan sistem penyiaran digital menjadi ancaman serius industri penyiaran?
Buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan membahas sistem pertelevisian di Indonesia dari multiperspektif, yaitu aspek historis, bisnis, budaya, dan teknologi. Bicara televisi , tak bisa dilepaskan dari aspek historis–yang di dalamnya meliputi sistem sosial politiknya. Televisi sebagai media penyiaran, ternyata lebih dominan orientasi bisnisnya dalam sistem kapitalisme media, ketimbang tanggung jawabmnya sebagai lembaga budaya. Fungsi ekonomi, sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, secara sempurna dijalankan industri penyiaran televisi, terutama oleh lembagai penyiaran swasta (LPS). “HIdup-Mati” televisi sangat bergantung pada teknologi, tetapi juga didisrupsi oleh teknologi itu sendiri. Pembahasan multiperspektif atas sistem televisi di Indoneisa itu, dijadikan dalam tiga bagian yang terdiri atas 8 bab.
Buku ini ditulis oleh Dr. Makroen Sanjaya, M.Sos., seorang praktisi televisi yang berkarier di empat stasiun televisi dalam 25 tahun terakhir, sekaligus seorang akademisi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan kapasitas latar belakang penulis, buku ini menyajikan tulisan yang tidak sekadar berorientasi teoretis, tetapi sekaligus dengan konteks sistem pertelevisian dalam praktik. buku ini layak dibaca oleh mahasiswa, akademisi, praktisi, serta para peminat dan pemerhati pertelevisian.