Kehidupan di kota besar yang rumit dan penuh tekanan sering kali membawa tantangan tersendiri, terutama dalam era digital saat ini. Menanggapi tantangan ini, serta dampak dari pandemi COVID-19 yang mempengaruhi segenap lapisan masyarakat, muncullah sebuah startup baru yang bernama Feelsbox. Startup ini bergerak di bidang kesehatan mental, sebuah fokus yang sangat penting dan relevan dengan kondisi saat ini, menunjukkan adaptasi cerdas dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Startup ini melihat potensi transformasi data menjadi aset berharga untuk mengoptimalisasi layanannya, memanfaatkan dashboard sebagai alat untuk mengelola, mengawasi, dan melaporkan data dalam bentuk visual yang mudah dipahami. Feelsbox menerapkan dashboard ini dengan kerangka kerja scrum. Skema ini menampilkan sprint, yakni serangkaian langkah cepat untuk mencapai produk akhir yang efektif dan efisien. Scrum melibatkan product owner, scrum master, dan team development yang akan melewati lima tahap: product backlog, sprint planning, daily scrum, sprint review, dan retrospective process. Pada tahap implementasi, penelitian ini merencanakan untuk melaksanakan 49 product backlog items (PBI) dalam lima kali sprint. Dalam proses ini, dashboard yang dirancang akan mampu mengelola, melaporkan, dan memantau data, yang menjadi Key Performance Indicator (KPI) dalam sistem Feelsbox. Setelah sprint selesai, tahap berikutnya adalah melakukan black-box testing dan load testing. Dalam pengujian ini, ada 11 fitur utama yang akan diuji melalui 39 skenario. Dan pengujian load testing membuktikan bahwa website dapat diakses sebanyak 90 orang bersamaan. Saran untuk perkembangan selanjutnya adalah menerapkan teknologi API agar dapat diintegrasikan dengan platform lain.