Imam Ahmad bin Hanbal, salah satu imam mazhab fiqih tumbuh dengan pendidikan langsung dari ibunya. Setiap hari ibunya bangun sebelum subuh, dan memanaskan air untuk Imam Ahmad, lalu mewudhukannya, menyelimutinya, dan menghangatkan lehernya dengan selendang sang ibu. Lalu diantarkannya ke masjid untuk sholat subuh yang letaknya cukup jauh dari rumahnya.
Di masyarakat Turki Utsmani, menurut Osman Nuri Topbas, jarang sekali didapati orang berkelahi di jalanan, atau suara wanita berteriak-teriak dari pintu, jendela, atau toko. Bahkan dari 26.300 aset wakaf masyarakat Utsmani, 1.400-nya adalah wakaf dari kaum wanita. Le Bruyn dalam karyanya pada 1732 M, menyatakan jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan fisik di seluruh wilayah Utsmani lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Eropa di satu kota metropolitan.
Demikianlah prestasi sebuah bangsa yang tidak terlepas dari kualitas kaum perempuannya. “You educate a man, you educate a man. You educate a woman, you educate a generation”, kata Brigham Young. “Turks rule the world while their wives rule them”, kata pendeta Protestan Jerman, Salomon Schweigger (w. 1622).
Namun nilai-nilai Islam yang menjaga kualitas perempuan Muslimah sepanjang masa justru oleh kaum pseudo feminis dianggap men-diskriminasi perempuan dalam kehidupan individu, keluarga, dan sosial, khususnya terkait empat isu utama dalam kajian gender. Buku ini menjawab syubhat feminis dalam masalah tersebut.