Kemunculan aplikasi kencan online yang merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi ini memberikan kemudahan dan juga perubahan dalam perilaku masyarakat. Aplikasi kencan online memberikan kesempatan individu untuk meninggalkan cara tradisional bersosialisasi serta memfasilitasi individu dengan menyediakan beragam pilihan tipe pasangan. Namun, seiring perkembangannya terdapat insiden-insiden seperti pelecehan seksual dan penipuan dalam penggunaan aplikasi kencan online. Salah satu aplikasi kencan online yang populer di Indonesia adalah Bumble. Kehadiran aplikasi Bumble menciptakan era baru dalam dunia kencan online karena percakapan hanya dapat dimulai oleh pihak perempuan. Dalam melakukan pencarian pasangan ideal di aplikasi Bumble diperlukan pembangunan hubungan interpersonal. Pembentukan hubungan tersebut memerlukan adanya keterbukaan diri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterbukaan diri remaja akhir perempuan pengguna aplikasi kencan online Bumble. Peneliti menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi dengan tujuan menginterpretasikan keterbukaan diri berdasarkan pengalaman informan. Penelitian ini mengacu pada teori keterbukaan diri berdasarkan jenis pesan, dimensi, serta tahapan keterbukaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi Bumble berhasil membuat penggunanya yang merupakan remaja akhir perempuan merasa diberikan hak lebih karena diharuskan memulai percakapan terlebih dahulu. Dengan demikian, terlepas dari insiden-insiden tidak menyenangkan dalam penggunaan aplikasi kencan online ini remaja akhir perempuan tetap bisa melakukan keterbukaan diri dalam penggunaan aplikasi Bumble. Keterbukaan diri tersebut dipengaruhi oleh keterlibatan lima dimensi yaitu kuantitas, nilai, akurasi/kejujuran, tujuan, dan keakraban. Selain itu, faktor yang mempengaruhi tingkatan keterbukaan diri adalah karakter informan, motivasi penggunaan aplikasi Bumble, latar belakang budaya, lawan bicara, dan topik percakapan.