Kata orang, politik itu busuk. Ruang yang berlumur kebengisan. Tak heran, ada sebagian orang yang anti terhadap politik. Mereka alergi, bahkan sekadar untuk membincangkannya.
Tidak, sejatinya tidaklah demikian. Politik adalah arena perjuangan yang mulia. Di sana, orang bisa memperjuangkan keyakinan dan ideologi untuk meraih kesejahteraan bersama. Nyaris perjuangan di semua ranah, baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain, tak bisa ditegakkan tanpa perjuangan politik. Politik, sesungguhnya, adalah medan perjuangan mulia. Di situlah, hampir seluruh hajat hidup orang banyak ditentukan.
Jika ada kebusukan dalam politik, itu sebenarnya bukan kebusukan politik itu sendiri, tapi para oknum politisi yang berperilaku busuk, dengan menunggangi keagungan politik. Mereka bersikap pragmatis-oportunis, yang bergerak dengan kendali keuntungan pribadi, dan abai terhadap kepentingan dan kemaslahatan banyak orang. Orang-orang inilah yang mencoretkan noda dalam politik, yang mempraktikkan “politik muka ganda”, tanpa dasar ideologi politik yang kuat. Ke mana angin keberuntungan mengarah, ke sana mereka berkerubung. Inilah yang menjadi sebab runtuhnya peradaban politik.
PENULIS
Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D. lahir di Sorkam, Tapanuli Tengah, pada 27 Mei 1953. Ia memulai pendidikan dasar di SR Katolik Sibolga pada 1959. Enam tahun kemudian, usai tamat dari SR tahun 1965, ia melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sibolga dan lulus tahun 1968. Di kota yang sama, Yasonna menghabiskan masa-masa SMA. Ia masuk ke SMA Katolik Sibolga pada 1968, dan lulus pada 1971.
Cita-citanya yang tinggi membawanya pergi jauh dari rumah. Ia merantau ke Medan, belajar ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, lulus tahun 1978. Lima tahun kemudian, mulai tahun 1983 hingga 1984, ia mengikuti Internship in Higher Education Administration Roanoke College di Salem Virginia, Amerika Serikat. Dilanjutkan dengan kuliah strata dua di Virginia Commonwealth University. Tahun 1986, Yasonna berhasil menyandang gelar Master of Science (M.Sc.) di usia 33 tahun.
Dahaga ilmu tak membuatnya berhenti belajar. Di Negeri Paman Sam pula, ia meneruskan pendidikan strata tiganya di North Carolina State University, Amerika Serikat. Pada 1994, tepat di usia 41 tahun, Yasonna memperoleh gelar Ph.D. dari universitas tersebut.
Puncak akademik ia peroleh di tahun 2019. Melalui SK Menristekdikti RI Nomor 25458/M/KP/2019, terhitung sejak 1 Juni 2019, Yasonna diangkat menjadi Guru Besar dengan jabatan Profesor dalam Bidang Kriminologi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta.