Ketersinggungan bermula dari cara-cara berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu yang kadang tidak memperhitungkan siapa orang yang dihadapi, apa ucapan itu pantas disampaikan, dan apakah kondisi dan situasi dalam penyampaian itu cukup kondusif atau justru kurang tepat. Ketersinggungan karena ucapan yang salah dan tidak penuh pertimbangan jika disalahtafsirkan oleh penerima informasi bisa berakibat fatal. Kerenggangan atau putusnya hubungan silaturahim persaudaraan, larinya pelanggan, bahkan bisa terjadi saling mengumpat atau tindak aksi kekerasan fisik yang berujung pada delik tindak pidana. Ketersinggungan sebenarnya bisa dihindari jika kita bisa memahami etika komunikasi. Dengan memahami dan mempraktikkan etika komunikasi yang baik, maka kedua belah pihak bisa saling menerima manfaat tanpa ada yang harus jadi korban, terutama dalam hal perasaan.
Mengingat pentingnya etika berkomunikasi, maka buku ini ditulis dengan tujuan untuk menjadi pembelajaran bagi mahasiswa maupun anggota masyarakat lainnya agar memiliki pengetahuan dan wawasan tentang etika komunikasi sesuai perundang-undangan yang ada, sehingga bisa menjadi pribadi yang bijak dan santun dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Selain dari itu, buku ini juga diharapkan bisa memberi sumbangan pikiran dalam mengurangi ketegangan-ketegangan dalam bermasyarakat akibat kurangnya perhatian dalam hal-hal yang berkaitan dengan etika komunikasi.
Etika Komunikasi Menjadi Manusia yang Santun Berkomunikasi dalam Era Digital hadir untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi, dan sekaligus diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti dalam praktik-praktik komunikasi yang lebih etis dalam menciptakan manusia yang santun berkomunikasi di era digital saat ini.