Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan yang dapat menimpa siapa saja dan dimana saja. Sebagaimana upaya Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam menanggulangi kekerasan pada remaja berupa program-program khusus perlindungan anak dan perempuan. Menurut data SIMFONI-PPA bahwa indikasi kekerasan tertinggi provinsi Banten adalah Kota Tangerang dengan jenis kekerasan seksual, korban tertinggi merupakan remaja berusia 13-17 tahun dan berpendidikan SMA sederajat. Grooming merupakan upaya objektif yang dilakukan seseorang untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan hubungan emosional dengan seorang anak atau remaja sehingga kemudian dapat memanipulasi, mengeksploitasi, dan melecehkan mereka. Kekerasan child-grooming merupakan kekerasan yang terus meningkat di Kota Tangerang sebagaimana pelaku merupakan kelompok orang-orang yang dekat di lingkungan anak remaja. Salah satu faktor signifikan dalam proses terjadinya child-grooming adalah bagaimana pelaku menargetkan anak dengan konsep diri yang buruk dan tidak memiliki dukungan di lingkungannya. Adapun upaya-upaya edukasi demi pencegahan hal tersebut seperti kampanye sejenis yang disediakan oleh program-program Kemenppa belum dapat menyampaikan pesan secara menyeluruh untuk remaja. Dengan terdapatnya fenomena tersebut penulis melakukan penelitian dengan dengan metodologi kualitatif, menggunakan metode AOI dan AISAS dalam upaya merancang kampanye sosial dengan strategi komunikasi social advertising dan media visual untuk remaja usia 14-17 di Kota Tangerang berupa kampanye sosial support group dengan konsep penyampaian pesan peer-to-peer antar remaja akan kesadaran child-grooming di Kota Tangerang demi tercapainya penanggulangan child-grooming pada remaja.