Buku Semiotika Dokumenter: Membongkar Dekonstruksi Mitos dalam Media Dokumenter – Bermula dari foto-foto yang merangkai gerakan seekor kuda oleh Eadwear Muybridge, film yang direkam dengan kamera statis oleh Lumiere bersaudara pada 1895.
1 Film-film karya Dziga Vertov yang merekam revolusi Rusia pada 1917 (sutradara film-film bergaya cinéma-vérité Richard Leacock menyebut karya Vertov bersifat persuasif), film nonfiksi yang disebut travelog (potongan gambar berisikan budaya negara asing dan dan berbagai tempat eksotis), film dokumenter berkembang pesat dalam pelbagai pesan dan rupa seraya mengantarkan nama-nama semacam Robert Flaherty (kreator Nanook of the North pada 1922), John Grierson (kreator Drifters pada 1929),2 dan banyak nama lagi sebagai orang-orang berperan dalam perkembangan dunia film dokumenter.
Dari sisi pesan, saya juga mencermati perubahan hakikat dari pesan itu sendiri, dari yang sekadar eksperimen fotografi, rekaman-rekaman bersifat entografis, rekaman-rekaman bersifat persuasif, hingga rekaman-rekaman bersifat propaganda.
Pada 1935, Leni Reifenstahl (sutradara yang dianggap paling berpengaruh dan kontroversial di Eropa) membuat Triumph of the Will, yang berisikan rekaman rapat akbar partai di Nuremberg. Saat itu, karya Reifenstahl ini mengundang polemik dan perdebatan sengit sebagai film dokumenter bersifat propaganda.
Banyak uraian yang menghadirkan pergerakan pesan-pesan film dokumenter yang kian ?seksi?, dalam artian, tidak lagi sekadar rekaman-rekaman bertutur tentang estetisme alam atau budaya ala travelog, tapi menguat pada pesan-pesan yang bersifat persuasif dan propaganda.
Terlebih lagi untuk situasi Amerika Serikat yang seakan sangat merasakan betul manfaat persuasif dan propaganda ini. Film De Antonio karya Emile de Antonio yang diilhami politik Marxis dan kritik intelektual terhadap kemunafikan Amerika bisa menjadi contoh kasus.
Contoh paling baru, saya tidak akan mengabaikan film-film karya sutradara kontroversial Michael Moore melalui Roger and Me (1990), Bowling for Columbine (2002), hingga Fahrenheit 9/11 (2004), yang cukup dikenal oleh khalayak di tanah air.