Database, disebut juga sebagai basis data, adalah hal yang esensial pada layanan cloud. Berkembangnya kebutuhan jumlah dan jenis data, membuat layanan database mengalami downtime. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah infrastruktur yang mampu melakukan replikasi atas dirinya akan dibangun, sehingga membagi beban kepada pod replika untuk menghindari layanan mengalami downtime. Sebuah container orchestration tool yaitu micro Kubernetes cluster memiliki fitur autoscaler dan high availability untuk melakukan replikasi dan dapat menjamin ketersediaan layanan, agar menghindari downtime dapat diterapkan untuk membangun infrastruktur tersebut.
Tugas akhir ini membangun sebuah layanan database NoSQL yaitu MongoDB. Pada layanan, akan diterapkan fitur horizontal pod autoscaler yang mampu melakukan replikasi pods, dan memastikan fitur autoscaling berjalan untuk membagi beban pada pod di cluster, sehingga meningkatkan high availability dari layanan untuk menghindari downtime. Pengujian pada layanan bertujuan untuk memastikan fitur autoscaling berjalan, dengan mengirimkan load request. Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi Apache JMeter untuk mengirim load request pada service.
Pembahasan berfokus untuk membandingkan service MongoDB yang dibangun secara monolitik dengan service yang dibangun dengan micro Kubernetes cluster, dan server dengan fitur HPA dan tanpa fitur HPA. Perbandingan dilakukan untuk mencari service yang terbaik. Setelah dilakukan pengujian pada ketiga layanan, berdasarkan Response Time, Response Code per Seconds, dan CPU Usage, maka diambil kesimpulan bahwa service yang dibangun menggunakan micro Kubernetes cluster dengan fitur HPA merupakan yang terbaik, dengan nilai response time lebih kecil dari 100 ms, Response Code per Seconds mencapai 500 thread per seconds, dan CPU Usage pada rentang 30 – 55 %.
Kata kunci : MongoDB, Micro Kubernetes Cluster, HPA.