Yogyakarta Gamelan Festival hadir sejak tahun 1995, berawal dari keresahan Sapto Raharjo selaku Founding Father dari Yogyakarta Gamelan Festival yang merasa musik gamelan sudah mulai ditinggalkan oleh para generasi muda karena diidentikan dengan musik yang kuno dan mistis sehingga Sapto Raharjo merasa gamelan perlu dilestarikan lebih lagi melalui sebuah event yang digagasnya. Event Yogyakarta Gamelan Festival secara rutin diselenggarakan setiap tahun sekali sejak tahun 1995, pada tahun 2020 dan 2021 penyelenggaraan event tersebut berubah menjadi virtual dikarenakan kondisi pandemi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengelolaan event Yogyakarta Gamelan Festival 2021 Secara Virtual Pada Masa Pandemi Covid-19. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus dengan paradigma Konstruktivisme. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi berpartisipasi langsung. Landasan konsep yang digunakan pada penelitian ini yaitu Tahapan Pelaksanaan Virtual Event oleh Rubinger, et al (2020) yang berisikan 4 tahapan yaitu Pre-Plan, Plan, Accomplishing, Response and Engage. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa Yogyakarta Gamelan Festival 2021 dalam melakukan pengelolaan virtual event memiliki banyak kemiripan dengan konsep Tahapan Pelaksanaan Virtual Event oleh Rubinger, et al (2020), meski demikian pengelolaan event ini dilakukan dengan cara tradisi turun menurun dan otodidak. Sejak awal event ini berjalan, event ini tetap berkomitmen untuk tidak mengambil keuntungan secara material. Kata Kunci: Virtual Event, Yogyakarta Gamelan Festival, Tahapan Pelaksanaan Virtual Event.