"Aku beragama dengan agama cinta, ke mana pun ia bergerak, maka cinta adalah agama dan keyakinanku." Demikian Syekh Muhyiddin Ibnu 'Arabi pernah menuturkan. Paradigma cinta Ibnu 'Arabi memiliki kekhasan dalam berbagai tingkat intensitasnya. Dari sisi penyajian, Ibnu 'Arabi menuangkan penghayatan cinta tidak hanya dalam bentuk prosa tetapi juga dalam eksposisi yang diskursif.
Studi ini, secara teoretis, adalah penelusuran atas "Cinta Wujudiyah" Ibnu 'Arabi yang acap kali luput dari perhatian beberapa studi sebelumnya. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan wacana-wacana keagamaan, khususnya dalam bidang tasawuf, filsafat, dan teologi.
Secara praktis, buku ini diharapkan dapat memberikan perspektif atau acuan nilai pemikiran keislaman atas cinta yang sarat penghayatan serta kedalaman makna sehingga religiusitas tidak lagi ditampilkan dalam narsisme, egosentris, kekerasan, totaliter dan eksklusif. Melalui penelusuran atas kekhasan Cinta Wujudiyah Ibnu 'Arabi juga diharapkan dapat memberikan suatu basis nilai dan cara pandang baru, sekaligus menghidupkan makna cinta dalam tradisi keberagamaan.
Pembicaraan tentang Ibn Arabi-baik di kalangan sufi, ulama, atau sarjana-biasanya selalu dikaitkan dengan konsep wahdat al-wujud. Istilah yang sangat kontroversi ini, sejak pertama kali dikampanyekan oleh Ibn Taymiah secara stigmatis, nyaris menjadi label satu-satunya dari sosok sufi tersebut. Menyebut Ibn Arabi, seseorang akan selalu menghubungkannya dengan istilah tersebut.
Ibn Arabi merupakan ulama yang menekuni laku kesufian secara intensif. Seluruh hidupnya ia habiskan untuk menapaki jalan sufi dan meraih pengalaman kesufian secara purna. Segala aspek keislaman selalu dikaitkan dengan diskursus kesufian. Dengan kata lain, diskursus kesufian merupakan satu-satunya pintu yang disediakan oleh Ibn Arabi bagi orang lain untuk melihat dunianya. Oleh karena itu, semua pengalaman dan karya Ibn Arabi-dalam isu apa pun pada akhirnya menjadi isu kesufian. Meskipun demikian, tak ada isu kesufian yang melekat pada identitas dalam imajinasi kolektif masyarakat diskursif Islam sekuat isu wahdat al-wujud.