Komunikasi Pemasaran Politik

Solatun Dulah Sayuti

Informasi Dasar

14.01.070
320.014
Buku - Circulation (Dapat Dipinjam)
7b

Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 sebentar lagi digelar. Penyelenggaraan pemilu tahun ini terhitung yang keempat pada masa reformasi atau pasca-rezim Orde Baru (Orba).

Pemilu sejatinya merupakan ajang pemuliaan martabat manusia, sebab lewat mekanisme demokrasi tersebut bisa terpilih pemimpin-pemimpin berkualitas, baik di bidang legislatif pun eksekutif. Di pundak merekalah nasib jutaan rakyat bergantung. Melalui mereka impian kesejahteraan jutaan rakyat menjadi kenyataan. Sayangnya sistem seleksi kepemimpinan lewat mekanisme demokrasi pemilu mengalami disorientasi. Pemilu gagal mencapai tujuan utamanya, yaitu menghasilkan pemimpin berkualitas yang mampu memimpin dan mengelola negara untuk kesejahteraan rakyat.

Demokrasi alih-alih bermetamorfosa menjadi sistem politik dagang sapi yang sangat transaksional. Jenis ini mengabaikan kapasitas integritas moral dan pengetahuan calon pemimpin. Yang dibutuhkan dari seorang calon pemimpin adalah popularitas dan punya modal ekonomi kuat. Hasilnya, banyak pemimpin (wakil) rakyat yang digiring ke jeruji besi karena tak punya integritas moral.

Dan produk UU yang mereka buat banyak yang dimentahkan di Mahkamah Konstitusi sebab kurang memiliki kapasitas pengetahuan. Rakyat pun kecewa dan tak percaya lagi dengan pemilu sebagai event menyeleksi pemimpin andal. Kekecewaan rakyat tecermin pada tingkat partisipasi yang semakin menurun setiap Pemilu. Pada masa reformasi grafik partisipasi masyarakat dalam Pemilu terus menurun.

Pada Pemilu 1999 partisipasi tercatat paling besar, yaitu 93,30 % atau golput 6,70%. Bisa dipahami, sebab inilah Pemilu pertama pada masa reformasi, momen di mana ada harapan akan kesejahteraan. Namun, hasilnya mengecewakan. Akibatnya, Pemilu 2004 partisipasi menurun menjadi 84,07 % atau golput 15,93%, dan Pemilu 2009 partisipasi mematok di 70,99% atau 29,01 golput. Dalam konteks politik seperti ini kehadiran buku Komunikasi Pemasaran Politik karya Dr Solatun Dulah Sayuti, setidaknya memberikan pencerahan.

Dosen Universitas Bunda Mulia ini mengaku bahwa perpolitikan Indonesia kini benarbenar telah berubah menjadi politik transaksional terburuk dan industri politik paling kapitalistik di dunia. Demokrasi Indonesia pasca Orde Baru harus diakui sebagai yang paling liberal di antara segala bentuk praktik demokrasi yang pernah dilakukan umat manusia di dunia. Liberalitas demokrasi di Indonesia, bahkan telah melampaui praktik yang pernah ada di Amerika Serikat. Buku setebal 296 ini terdiri dari tiga bagian utama.

Pada bagian pertama yang diberi judul Pemasaran Politik, diulas berbagai pengalaman kerja lapangan yang dialami penulis sendiri saat terlibat dalam tim pemenangan pemilihan umum di tingkat provinsi dan nasional. Pada bagian ini penulis juga mendeskripsikan secara empirik, namun dilengkapi rujukan teoritik tentang komunikasi pemasaran politik. Konsepsikonsepsi strategi komunikasi pemasaran politik yang pernah dilaksanakan oleh berbagai kandidat dan partai politik yang menghasilkan kemenangan cemerlang diulas dengan tegas dan lugas dalam bagian ini.

Hal yang tidak kalah penting dari model strategi komunikasi pemasaran politik dalam bagian ini adalah bagaimana dengan komunikasi pemasaran politik yang efektif dan efisien, berbiaya rasional namun dapat menjamin kemenangan. Pada bagian kedua bertajuk Kampanye Politik disajikan contoh sukses kampanye politik dari dalam negeri, negara tetangga dan dari kasus-kasus di Amerika Serikat. Contoh sukses tersebut dianalisis dan diberi bingkai teoritik yang kokoh.

Berbagai iklan penjualan produk politik pun diulas secara tuntas, dilanjutkan diskusi teoritik dan praksis operasional pengelolaan secara organisasional kampanye politik yang profesional, berbiaya rasional namun efektif dan efisien Lalu Propaganda Politik– bagian ketiga–diletakkan pembahasannya di bagian terakhir . Propaganda politik berbeda dari komunikasi pemasaran politik dan kampanye politik. Propaganda politik lebih bersifat makro. Menyongsong Pemilu 2014, kehadiran buku ini relevan.

Meski dalam jangka pendek tidak bisa meyakinkan masyarakat pemilih untuk tidak golput, namun untuk jangka panjang buku ini setidaknya menyalakan secercah harapan. Sebab, buku ini menuntun partai bagaimana menghindari politik berbiaya tinggi, politik transaksional. Buku ini memberikan tuntunan bagaimana menciptakan produk politik yang berkualitas hingga memuaskan konstituen.

Subjek

COMMUNICATION
POLITICAL PERSUASION

Katalog

Komunikasi Pemasaran Politik
978-979-692-158-4
vii, 276p.: il.; 24cm+ indeks
Indonesia

Sirkulasi

Rp. 0
Rp. 1.000
Ya

Pengarang

Solatun Dulah Sayuti
Perorangan
 
 

Penerbit

Rosda
Bandung
2014

Koleksi

Kompetensi

  • SK411032 - KOMUNIKASI PEMASARAN 1
  • COH2J3 - INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION
  • KII3H3 - EKONOMI POLITIK, DAN MEDIA
  • KII4D4 - KOMUNIKASI POLITIK
  • KHI2O3 - KOMUNIKASI POLITIK
  • KHI1D3 - PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Download / Flippingbook

 

Ulasan

Belum ada ulasan yang diberikan
anda harus sign-in untuk memberikan ulasan ke katalog ini