JIKA bisa membayangkan, pertanyaan apa yang sempat muncul dalam pikiran Tan Malaka saat ia ditangkap bersama tumpukan bukunya oleh sekelompok tentara, digiring dengann tangan diikat, disekap di sebuah lumbung padi, sebelum kemudian ditembak mati. Mungkin ia tidak menduga sama sekali tindakan kejam dan biadab itu bakal dilakukan oleh tentara bangsanya sendiri, yang telah diperjuangkannya dengan segala kepahitan dan penderitaan. Bukankah perjalanan hidupnya dalam mengarungi revolusi Indonesia sangat dramatis. Sosoknya diburu di berbagai negara. Namanya dipalsu oleh orang-orang yang meminjam ketenarannya. Akan tetapi, semuanya tidak ada yang mengakhirinya dengan menghilangkan nyawanya.
Dan semuanya kepahitan hidupnya itu dilakukan demi satu hal: Kemerdekaan Indonesia. Muhammad Yamin menyebutnya sebagai “Bapak Republik Indonesia”, setara dengan George Washington yang merancang Republik Amerika Serikat sebelum negara itu merdeka. Bedanya, nama besar George Washington dijadikan sebagai nama ibukota negaranya. Sementara nama besar Tan Malaka justru diincar berbagai pihak yang ingin membunuhnya.
Lalu, mengapa ia harus dibunuh? Jawabannya akan ditemukan dalam buku ini.